Despicable Val

398 23 12
                                    

Karya ini dikarang oleh Liana_DS

******

Kuberitahukan pada kalian sebuah rahasia kecil: Hari Kasih Sayang yang dielu-elukan para remaja kasmaran itu sebenarnya merupakan hari di mana orang suci dipenggal. Delapan belas abad silam, Santo Valentinus dieksekusi atas perintah Kaisar Claudius II di Romawi sana. Teori terpopuler mengenai peristiwa ini menjelaskan soal 'pernikahan terlarang'. Sang pendeta mengawinkan ratusan prajurit Romawi yang saat itu haram punya istri; dalih Kaisar, mereka tak akan menjadi petarung hebat dengan bayang-bayang orang tersayang di belakang. 

Pasca eksekusi, Julia, anak penjaga penjara tempat Santo Valentinus dikurung, menanam pohon almond berbunga merah muda di atas makam si santo. Gadis cilik ini konon disembuhkan dari kebutaan oleh Valentinus dan dikirimi surat yang tertanda 'dari Valentine-mu' menjelang hari penghukuman. Kesederhanaan cara balas budi Julia kemudian menjadikan bunga almond merah muda salah satu simbol cinta hingga beberapa puluh dekade.

Jika kalian tersentuh dengan sepotong kisah di atas, berarti kalian paham bahwa pesona kasih bukan diakibatkan manisnya pertemuan, melainkan pahitnya perpisahan. Tanggal empat belas bulan dua juga kuperingati sebagai hari terpisahnya diriku dengan belahan jiwaku, alih-alih hari di mana cinta bersemi atau diperbarui.

 Andai ada yang diperbarui pun, itu adalah kebencianku terhadap Val. Orang itu telah menjebakku dalam opera sabun paling murahan dan menumbalkan kekasihku agar bisa mencapai episode terakhir dengan aman lagi nyaman. Menyesal aku sempat kagum padanya saat pertama kali keluar dari etalase.

Val berusia 25 tahun lebih sebulan ketika membeliku. Ia laki-laki yang berpenampilan rapi dan berlaku sopan pada siapa saja, termasuk pada penjaga toko yang pelayanannya lambat minta ampun. Aku terkesima, tetapi tidak terlalu kaget waktu ia memilih dan membayarku. 

Seseorang yang menarik memang cenderung selektif dan dari sederet gawai yang dipajang, aku sadar diriku paling menawan. Casing perakku elegan, layarku lebar, penyimpanan internalku hitungan terabyte, dan kameraku merupakan versi termutakhir dari teknologi swafoto. Serasi benar berada dalam genggaman pria seatraktif Val, bukan? Aku pun diboyong beriring tatapan iri teman-temanku yang speknya tak seberapa. Bagaimana aku tidak bangga? Hari itu, dengan keriangan setelah resmi dimiliki orang keren, segala daya kukerahkan untuk memamerkan fitur-fitur terbaik. Val tampak puas pada percobaan pertama, jadi ia lanjut membanggakanku di depan teman-teman kantornya, lalu ke kekasihnya.

"Akhirnya, kamu ganti hape juga! Males aku lihat yang pecah layarnya dulu itu!"

"Sayang, sebenernya. Hape itu banyak kenangannya. Kita jadian juga berkat hape itu, kali."

"Idih, sok mellow. Tanggal jadian aja kamu lupa."

Winda, bila kurangkum, adalah antitesis Val. Ia perempuan yang berisik, hobi memandang segala sesuatu dari fisik semata (bahkan ponsel pun dia hakimi), dan selalu cari perhatian. Usahanya sangat keras untuk mematutkan diri di samping Val, tetapi menurutku, ini malah membuatnya mirip badut tanpa pesta: canggung. Bedaknya yang dibubuhkan tebal-tebal untuk mengimbangi kulit susu Val kontras sekali dengan warna sawo matang aslinya. Rambut lurus hasil rebonding—karena Val berambut lurus—menuakannya kira-kira lima tahun. 

Pakaian-pakaiannya berlogo G dan C kembar biar sama berkelas dengan kemeja-kemeja CK-nya Val, masalahnya ia tidak paham bahwa fashion bukan cuma tentang mengenakan merek. Kepekaannya dalam mix and match rendah sekali, membuatku frustrasi menyimpan wefie pasangan ini. Lengketnya Val pada Winda seolah tak beralasan hingga kulihat Winda main ke kantor, mengecup akrab pipi bos Val, dan memanggilnya 'Papa'. Barulah kuloloskan 'oh' panjang yang selama ini nyangkut di memori internal.

EVENT AIRIZ "Realita di balik Valentine"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang