Duka dalam Kata

16 4 0
                                    

Cerita ini dikarang oleh S_sarahyst

****

Suaranya tak terdengar lagi, lenyap bersama air yang terus menghujam bumi. Peluru saling memburu mengejar sang target, dan bunyi dentuman saling sahut-menyahut. Walaupun dalam benaknya ia sudah yakin bahwa ajalnya pasti ada di tempat ini, malaikat maut pasti sudah mulai mengekorinya dari tadi. Tapi, entah mengapa kakinya terus membawahnya berusaha menjau dari tempat ini.

"TO-LO-NG!" ucapnya nyaris tak terdengar, entah untuk siapa kalimat itu di tujukannya tak ada siapa pun di sini yang masih hidup. Hanya ada manusia yang tergeletak tanpa nyawa di sekitarnya dan keadaan yang sama-sama mengenaskan satu sama lain.

"Sssttt!" sebuah anak panah berhasil menyobek lengan bajunya untung saja anak panah itu tak menyentuh kulitnya sama sekali. Sebuah sentakkan yang kasar dan kuat berhasil membuatnya kaget "Dasar bodoh!!! Apa yang kau lakukan ditempat ini, mau membuang nyawa mu begitu saja" walaupun suaranya terdengar berat dan sungguh itu membuatnya takut, tapi entah kenapa Coklat Kimerlim bisa menaru harapan padanya, bahwa orang itu yang akan membawahnya selamat dari tempat ini.

"Ambil ini, dan ikuti aku dari belakang." untuk sesaat dia hanya bisa menerima benda itu dengan bengong dalam seumur hidupnya dia baru pertama kali memegang yang namanya panah dan sekalinya memegang panah langsung terjun ke medan perang.

"Tarik! Lepaskan!"

"Apa? Bagaimana?" Ia tak tau apa yang harus ia lakukan, sungguh ini jau dari kehidupannya yang sebelumnya. "Apa yang harus aku tarik dan lepaskan?" ulangnya dengan panik.

"Dasar bodoh! Lakukan apa saja yang bisa kau lakukan untuk menyelamatkan nyawamu" dia sudah benar-benar geram dengan orang yang dari tadi mengekorinya.

Musuh langsung menampakannya wujudnya secara nyata, bukan lagi sekedar bayang-bayang atau bunyi langkah kaki yang datang mendekat. Tanpa pikir panjang dia langsung menusukkan anak panah tadi langsung keleher sang musuh, sebagai wujud dari gerakan refleks untuk melindungi diri.

"Kerja bagus."

"Terima kasih, panggil aku Okla."

"Maaf aku tak mau kenal dengan mu, aku hanya tidak mau ada korban lagi dalam perang ini."

"Terserah." Ucapnya acuh padahal dalam hati ia sudah kesal.

Akhirnya Okla sampai pada daerah perbatasan, tempat yang dulu menjadi tempat tinggalnya. Dulu sebelum tarjadinya perang antara distrik 11 dan 12. Katanya, pemerintah sudah berupaya untuk mengehentikan pering ini, namun perang ini tetap berkebobar. "Tunggu, sekarang aku harus kemana?"

Sungguh sekarang ia tak tau harus ke mana, "itu terserah hidup mu!" Rasanya Okla ingin sekali memakan orang ini hidup-hidup dan menyisakan kepalanya sebagai bukti lalu menggantungnya dimenara jam.

Berbicara mengenai menara jam, menara jam adalah sebuah menara yang terdapat sebuah jam yang sangat besar di pusat kotak, setiap satu jam sekali jam itu akan mengeluarkan bunyi yang sangat keras dan dapat didengar di setiap sudut kota.

"Boleh aku ikut dengan mu?" Ucap Okla dengan nada memelas.

"Oke, begini gadis kecil, aku seorang prajurit aku adalah seorang pengabdi, aku telah mengabdikan hidupku hanya untuk negara, artinya jika kau ikut denganku kau harus jadi prajurit" sekarang yang terbayang dalam benak Okla adalah kehidupan prajurit yang hidup dipusat kota, bukan pinggiran dan makanan yang telah dijamin.

"Aku setuju." jawab Okla dengan senyum sumringah menghiasi wajah ovalnya.

"Kau tak tau kehidupan prajurit itu seperti?"

EVENT AIRIZ "Realita di balik Valentine"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang