"Memang ada apa?" tanyaku lagi, aku berjalan mendekati jendela ruang kerja yang memperlihatkan pemandangan kota Jakarta di bawah sana. Aku pun merasakan Laura menghembuskan nafasnya kasar dan mendekatiku.

"Sekretaris pribadinya Tuan Valendra datang, dia ingin menemuimu, apakah kamu sudah ada janji dengannya?" ucap Laura pelan. Aku mendengar itu pun terkejut,aku bertanya-tanya dalam hati,ada tujuan apa sekretaris Valendra menemuiku? Tiba-tiba benda kecil berwarna silver yang berada di meja kerja ku berbunyi, menandakan ada pesan masuk. Segera aku menghampirinya dan mengecek siapa yang mengirimkan pesan.

Ternyata Valendra, isi pesan nya adalah Valendra memberitahuku tentang sekretarisnnya yang datang ke sini untuk membantu orang tua kami mempersiapkan pernikahan ini. Setelah aku membacanya, aku bernafas lega, aku sudah berfikir negatif saja tentang sekretaris calon suamiku ini. Segera aku memberitahu Laura bahwa aku akan menemui sekretaris Valendra dan menyuruhnya untuk turun. Aku paham, mengapa Valendra mengirim sekretarisnya ini, karena dia tidak bisa membantu segalanya dalam urusan pernikahan kami dan sedang mengurus kerjasamanya dengan perusahaan yang ada di Amerika. Dia lelaki sukses, itu bukan perusahaan dari orangtuanya seperti ku, tapi itu perusahaan yang di rintisnya sendiri dalam bidang fashion.

Aku turun ke lantai bawah menggunakan lift yang ada di perusahaan ini, dan sampailah aku di sebuah ruangan yang di desain elegan namun mewah. "Sekretaris Tuan Valendra?" tanya ku ketika aku melihat sosok pria yang berdiri membelakangiku, ketika dia mendengar suaraku dia langsung berbalik dan mulai berusaha bersikap sopan seperti layaknya seorang sekretaris.

"Owh iya, apakah anda yang bernama Nona Lentera Nurmala Wijaya?" tanyanya setelah dia melihat diriku. Aku mengangguk untuk membenarkan pertanyaannya, dia lelaki yang sopan. Menurutku lelaki itu terlihat tampan, alis yang tebal memanjang, rambut yang berwarna hitam legam, hidung yang mancung, dan bibir yang tipis. Jangan lupa, badan dia sangat proporsional, tetapi tetap lebih tampan Valendra ku, oh aku jadi rindu padanya.

"Perkenalkan nama saya Rendra Nona." ucapnya memperkenalkan diri, aku mengangguk tanda mengerti,s etelah itu aku mempersilahkan dia duduk. Kemudian dia menjelaskan maksud dan tujuan dia datang ke sini, lalu dia meminta izin kepada ku untuk tujuannya, dan aku mengizinkannya, lagipula aku dan Valendra memang sangat sibuk. Setelah pernikahan, baru kita akan berbulan madu selama satu bulan, jadi mau tidak mau, aku dan Valendra harus mengurus segalanya sebelum pernikahan itu di lakukan. Setelah mendapatkan izin, dia bersiap untuk segera pulang.

Ternyata hari sudah malam, aku memutuskan untuk segera pulang dan melakukan aktivitas rutinku sebelum tidur, bercanda tawa dan berbagi segalanya tentang apa yang terjadi hari ini dengan Valendra melalui video call, katanya ini sebagai awal untuk pernikahan kami supaya kami terbiasa untuk saling berbagi setelah pernikahan,sangat dewasa dan manis.

Aku sudah sampai di rumah, segera ku parkirkan mobil di tempat biasanya, dan bergegas masuk rumah. Ku sapa ibu tercinta yang ada di ruang keluarga, lalu aku menciumnya. Setelah itu, aku berjalan melewati anak tangga yang mengarah pada ruang yang sangat pribadi bagiku.

Aku sudah berada di dalam kamarku, dan sedang berbaring di atas kasur. Segera ku ambil ponsel yang berada diatas nakas,dan ku cari nama seseorang yang sangat ku nanti,Valendra.

Ternyata Valendra telah menelfonku lebih dulu, segera ku geser layar ponsel ku, tampaklah wajahnya yang tampan, alis yang tebal namun pendek, mata yang bulat, hidung yang mancung, dan bibir yang merah tebal begitu seksi. "Assalamualaikum Lentera." Dia mengucapkan salam kepadaku selalu, lelaki saleh.

Segera aku menjawab salamnya setelah itu kita berbincang-bincang tentang hari ini, tentang dia yang bertemu klien yang sangat menyebalkan, dan aku yang bosan dengan duduk diam di ruang kerjaku, sangat menyenangkan. Aku berusaha memberanikan diri bertanya padanya tentang Hari Valentine, yang juga hari kelahirannya. Dia lelaki yang tidak peduli dengan hari kelahirannya dan Hari Valentine. Dia selalu lupa dengan hal itu. Tetapi hari ini aku terkejut, dia mengingatnya. Bahkan dia mengatakan padaku, jika dia sangat menanti hari itu, karena hari itu adalah hari pernikahan kami. Aku juga sangat menantinya.

EVENT AIRIZ "Realita di balik Valentine"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang