Chapter 36 | Patah Hati lagi

397 43 7
                                    

Kembalinya Sisi dari Mesir, nampaknya membawa harapan baru bagi Rain. Ia tahu bahwa Sisi sangat mencintainya, Rain juga tahu kalau Sisi mengalah hanya karena Rainy, hanay karena Rain mencintai Rainy, dan kini keadaannya, Rain dan Rainy bukan lagi sbegaai pasangan kekasih, mungkinkah Sisi masih memiliki perasaan yang sama pada Rain? Itulah yang menjadi sebab setitik harapan masih hidup dalam benak Rain.

Sembari berjalan menyusuri jembatan kayu di danau itu, Rain dan Sisi berjalan beriringan.

"Oh iya Si, kamu mau ke makam Cakra kan?" tanya Rain.

"Iya Rain, kenapa? Kamu mau ikut juga?" Sisi berbalik tanya.

"Boleh deh, aku kangen juga sama Cakra" jawabnya, sambil tersenyum.

"Berarti aku nebeng ya sama kamu?"

"Dengan senang hati, tuan puteri" jawab Rain, sedikit memuji.

Seperti biasa, Rain membawa Rambo untuk menemaninya bepergian. Motor yang selalu setia kemanapun Rain mau.

Di tengah perjalanan menuju pusara Cakra, mereka mengobrol dengan asiknya, sampai pada masa Sisi memberi tahu sesuatu yang amat mengejutkan Rain.

"Oh iya Rain, aku sebenernya sengaja loh nemuin kamu di danau" ucap Sisi.

"Masa sih?" jawab Rain, kegeeran.

"Serius tahu, aku kan sebelumnya ke rumah kamu dulu, minta tolong sama tante Dian, supaya bujuk kamu biar mau ke danau."

Rain yang mendengar hal tersebut semakin terapung, ia merasa kalau Sisi memang masih memiliki rasa padanya.

"Heeh, terus-terus?" ucap Rain, penasaran.

"ya gak terus-terusan sih, kerena selain aku pengen ketemu sama kamu, karena kau kangen sama kamu, aku juga mau ngasih tahu sesuatu sama kamu"

"Kasih tahu apa?" tanya Rain, dengan pikiran yang sudah kemana-mana.

Segera Sisi menjawabnya, "ia aku mau kasih tahu kamu, kalau besok aku mau tunangan, nantinaku kenalin kamu sama dia, habis ini dia mau jemput aku di makam."

Jleb! Bagai tersambar petir di siang bolong, Rain kembali harus menelan kepahitan. Perasaan yang coba dibangunnya untuk Rainy, kini hancur berkeping-keping, hatinya terluka, pekat menjadi hitam penuh dengan kecewa dan duka.

Lantas, Rain menutupi kekecewaan itu dnegan memberikan ucapan selamat pada Sisi, tidak perduli matanya sudah berkaca.

"Wah, selamat ya Si, aku seneng ngedengernya, aku usahain besok datang ke pesta kamu Si" jawab Rain, tegar.

Sisi nampaknya menyadari situasi saat ini, ia tahu Rain sebenarnya hanya pura-pura bahagia saja, terdengar dari suaranya yang goyah, terdengar seperti seseorang yang menahan tangis kecewa.

Setibanya mereka di makam, keduanya langsung memanjatkan do'a-do'a untuk Cakra.

"Ka, maafin gue ya baru bisa nemuin lu sekarang." ucap Rain, sambil menyirami pusara Cakra dengan sebotol air yang dibelinya tadi di depan makam.

"Iya Ka, aku juga minta maaf karena gak bisa nemenin kamu waktu itu, semoga kamu tenang di alam sana Ka." Sisi kemudian menaburkan bunga yang juga dibelinya dari pedagang di depan makam.

Tidak lama kemudian, ponsel Sisi berdering, dari calon tunangannya. Sisi tidak mengangkat panggilan tersebut, Sisi sepertinya sudah tahu kalau itu tanda bahwa kekasihnya itu sudah datang untuk menjemputnya.

"Rain kayaknya Rio udah di depan deh" ucap Sisi, menyebut nama kekasihnya.

"O, oh oke Si, aku juga mau pulang sekarang, yaudah kita bareng aja ke depan, Ka kita pulang dulu ya." Tutup Rain.

"Aku pulang dulu ya Ka" ucap Sisi, setelahnya.

Mereka serentak berdiri dan meninggalkan kuburan Cakra. Dan benar saja, Rio sudah tiba dan menunggu Sisi di mobil. Lalu kemudian Sisi mengajak Rain untuk ikut dengannya, berkenalan dengan Rio, yang akan menjadi tunangan Sisi esok hari.

"Sayang, kenalin ini sahabat aku" Sisi, mememperkenalkan Rain.

Kemudian Rio keluar dari mobil dan menyodorkan tangannya pada Rain dan bersalaman.

"Oh hai, gue Rio, ini pasti Rain kan, Sisi banyak cerita tentang lu." ungkapnya, lalu sedikit tersenyum

"Oke, Gue Rain" jawabnya singkat.

"Hehe" Sisi juga ikut tersenyum, "yaudah Rain, besok jangan lupa datang yah ke rumah, acaranya mulai jam delapan pagi, jangan lupa" ucap Rainy, sedikit memelototi Rain.

Rain membalasnya dengan senyuman palsu.

Lalu kemudian Sisi dan kekasihnya pergi, meninggalkan Rain Sendirian.

Rain kemudian berbalik ke arah makam, seraya berkata "Ka, mending gue ikut sama lo aja, rasanya gue pengen mati saat ini juga" rintih batinnya.


_______________

Siapa nih yang senasib kayak Rain?, berharap pada angin lalu. hm

Rainy RainOnde as histórias ganham vida. Descobre agora