7 : Rain Vs Cakra

843 84 22
                                    

Klik Bintang dulu, biar gak lupa :)

______________________

Berusaha tegar dan tidak menambah kekhawatiran orang lain, adalah cara untuk tetap melihat mereka tersenyum, dan menangis didalam hujan, adalah hal paling benar untuk menyembunyikan air mata.

***********

Meninggalkan Sisi dan dua sahabatnya di rumah

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Meninggalkan Sisi dan dua sahabatnya di rumah. Rain nampak bersemangat untuk pergi menemui Cakra. Bagaimana tidak, tiga tahun berselang, mereka menjalani hidup tanpa menyapa, tanpa sepatah kata, meski saling bertatap muka.

Tiba di rumah kosong itu, Cakra sudah ada lebih dulu di sana.
Mereka mengungkung diri dalam keraguan.
Berdua saling berhadapan, tapi tak mau siapa yang berkata duluan.
Namun akhirnya, Rain merendah diri dan menyapa berucap terimakasih.

"Hai Cakra, gue masih ingat selalu manggil lu dengan sebutan Ka , karena gimanapun juga, gue inget banget, dulu lu sering temenin gue seseorang yang amat kesepian dan menyedihkan ini, dulu lu yang selalu tahu gimana caranya bikin gue ngerasa gak sedih lagi.
Thanks udah mau datang buat nemuin gue, karena gue sadar, langkah ini memang harus gue ambil, kita harus temenan kayak dulu lagi"

Rain memulai percakapan setelah tadi memberikan pelukan sebagai salam persahabatan mereka. Khas bagi si Rain sih.

Tanpa membuang-buang waktu, mereka mulai terlibat dalam percakapan serius. Mereka duduk berdua di sofa itu. Sudah lama sekali rasanya, Rain tidak merasakan empuknya sofa favoritnya. Sofa tua yang selalu jadi saksi mati tentang apapun perasaan setiap kali mengadu diri di tempat ini.

Rain, memulai percakapan. Kakinya melebar, tangannya bertumpu di atas paha, tubuhnya membungkuk kearah Cakra yang sedari tadi duduk berhadapan.

"Ka, pliis, gue mohon, lihat gue disini. Gue ngerti, lu mungkin sangat-sangat benci sama gue, tapi gue mohon, dengerin gue dulu," pinta Rain.

Senang rasanya, sebab jika menilik kejadian tiga tahun lalu itu, Rain sebeanrnya yang seharusnya benci pada Cakra, tapi mungkin Rain berpikir, kalau Cakra memang tidak salah melakukan itu, ia memang butuh pelampiasan untuk melerai ingatan yang terus menghantuinya.

Sesaat suasana benar-benar hening, Cakra masih bersikukuh tak mau menoleh.
Lalu kemudian hujan turun.

Sudah dikatakan tadi, mereka benar-benar merindukan masa-masa persahabatannya.

Mata Rain memerah, ia terus menatap Cakra, berharap sahabatnya itu memalingkan wajah. Perasaannya tulus sebagai sahabat, bukan yang lainnya. Rain sudah sangat banyak tahu tentang Cakra secara pribadi, begitupun mengenai keluarganya.

Tangis akhirnya pecah, Rain sekuat tenaga menahan itu, tapi percuma, rindu yang begitu besar tumpah ruah tak terbendung. Kemudian Rain membuang pandangannya ke arah luar rumah, Isak tangisnya mulai terdengar lirih.

Rainy RainTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon