22 : Misi Penyelamatan

315 40 6
                                    


_____________________

Diantara hening nya malam, sekitar pukul 12:30. Keempat remaja mencoba memacu mobil diantara jejak-jejak samar penculik Sisi. Sesuai kesepakatan, mereka tidak akan lebih dulu melapor kepada siapapun sebelum menemukan lokasi tempat Sisi berada. Mereka terus menyusuri jalanan dengan kecepatan yang cukup tinggi.

Andi yang mengemudikan mobil nampak sudah begitu ahli, di sampingnya ada Rain, serta di kursi belakang ada Rubi dan Cakra. Masing-masing pasang mata teliti memperhatikan setiap garasi dan pekarangan, juga setiap belokan untuk mencari jejak yang tersisa.

"Rain, coba kamu sebutin lagi nomor mobilnya" ucap Rubi.

"B 413 X" jawab Rain singkat.

"B 413 X, B 413 X, B 413 X" Rubi terus mengulang-ulang ucapannya.
Ia seperti teringat sesuatu mengenai nomor tersebut.

"Alex!" cetus Andi sambil terus menyetir.

"Lu jangan asal nuduh dulu Ran" Rain coba mengingatkan.

"Lu perhatiin susunan angkanya koplak!, B adalah plat asal, 4=A, 1=L, 3=E, dan X, jelas itu Alex" Andi membela asumsinya.

"Ya tapi gak gitu juga ndi, kita gak boleh sembarangan nuduh orang tanpa ada bukti" tegas, Rain.

"Justru kita lagi nyari buktinya Rain" Rubi setuju dengan Andi.

"Gimana kalau ternyata tuduhan kalian salah" Cakra yang sedari tadi diam, ikut bercokol dalam percakapan.

"Kalian semua emang bodoh ya, lu lu semua coba pikirin, udah jelas plat nomor mobilnya menuliskan itu Alex, ditambah Alex itu benci sama kita semua, terlebih sama lu Rain" Andi mempertegas asumsinya.

"Ya kan Ran.. buat apa juga coba dia nyulik Sisi?" Rain, masih belum yakin.

"Apalagi Rain" Rubi memotong, "si Alex itu suka sama Sisi, dia gak suka kamu atau salah satu dari kita deket atau bahkan jadi pacar Sisi, sudah jelas bukan?" ia semakin meyakinkan Rain.

Sejenak Rain tertegun, menelan asumsi dari kedua sahabatnya itu. Mencoba menimbang segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Sedangkan Cakra, nampak begitu khawatir dan bolak-balik melepas ponselnya antara telinga dan mata untuk menelepon Sisi. Jawabannya selalu nihil, selalu operator yang menjawab, akal sehatanya sudah tidak lagi bekerja, yang ada dalam pikirannya, hanya Sisi, Sisi, dan Sisi.

"Gue tahu basecamp mereka" tegas Rain. Nmapaknya ia setuju untuk mencari tahu terlebih dahulu.

Rubi dan Andi terlihat merekah, akhirnya Rain percaya dengan yang mereka asumsikan. Tanpa berlama-lama. Mobil melaju sesuai yang Rain arahkan.

*****

Sebuah bangunan kosong.

Terlihat seorang remaja perempuan sedang meronta berusaha melepaskan diri dari ikatan diseluruh bagian tubuhnya. Sisi, mulutnya di lakban, seluruh tubuhnya diikatkan pada kursi yang didudukinya. Berdiri di samping kiri dan kananya, dua orang anak buah Alex.

Ya, Alex biang dari semua ini. Ia sengaja menunggu Sisi pulang dari sekolah. Kebetulan jenis mobil yang ia gunakan, sama dengan mobil yang biasa menjemput Sisi. Ia sudah merencanakan penculikan ini. Kini ia berdiri tepat dihadapan Sisi yang malang. Dengan tegapnya, ia melipat kedua tangannya di dada bidang miliknya. Seraya memandang Sisi dari ujung kepala, sampai ujung kakinya.

"Si, aku gak bakal ngelakuin ini semua, kalau kamu mau nerima cinta aku" ucapnya.

Sisi yang mendengar hal itu, serasa muak dan semakin membuatnya beringas. Ia terus menggunjang-ganjing kursi yang didudukinya. Sekeras apapun Sisi berteriak, suaranya hanya akan diserap nya sendiri.

Rainy RainDove le storie prendono vita. Scoprilo ora