Tigapuluh tiga. Hopeless

1.2K 66 22
                                    

Nabila terus berlari dengan sekuat tenaga. Ia tidak peduli berapa banyak luka yang tercipta ataupun seberapa lelah dirinya karena kejadian ini.

Ia harus bisa keluar dari hutan ini, ia tidak bisa tertangkap dan mati begitu saja. Dan ketika keluar dari hutan ini, ia harus sesegera mungkin pergi ke rumah sakit.

Nafasnya mulai tidak teratur, langkahnya terasa berat, tenaganya sudah berada diambang batas, Nabila sudah lelah.

Bruk

Kedua tubuh itu jatuh seiring nafas kelelahan yang keluar dari mulut Nabila. Ia kelelahan, sangat kelelahan. "Khalil berat bener banget astagahhh"

Nabila melihat sekitar, "Shit"

Mereka berada di dekat jurang sekarang, ia bisa melihat pantai di bawah sana. Bagaimana kalau ia dan Khalil melompat saja? Mungkin saja.

Srak

Tubuh Nabila tertarik ke belakang menjauh dari Khalil. Di depannya ia bisa melihat sepasang mata kelam yang diwarisi dari ibu mereka. "Kakak?"

Mata Nabila melebar, tidak ia tidak boleh tertangkap oleh kakaknya. Nabila meronta sekuat tenaga sembari sesekali menoleh ke belakang, memastikan Khalil tidak apa-apa.

"Kamu salah bil, seharusnya kamu nggak pernah tau" Kean menampilkan smirknya yang entah kenapa Nabila benci sekarang.

"Karena udah terlanjur, kamu bisa lihat kematian pacar tersayang kamu itu"

Deg

Jantung Nabila seakan dihantam batu besar, sesak dirasakannya. Air matanya tidak bisa untuk tidak keluar. "Jangan kak, jangan"

"Mau pilih apa? Kakak tembak Khalil di jantungnya atau kakak gores nadinya terus kita jatuhin ke jurang? Yang mana bil?"

***

Salsha terus berlari, ia yakin Lucas masih mengejarnya. Salsha tidak tahu harus kemana lagi, yang pasti ia sudah terpisah jauh dari Nabila dan Khalil.

Yang ia tahu, ia harus bersembunyi sekarang dan sekuat mungkin kembali menolong Kevan yang ia tidak tahu bagaimana keadaannya.

Bruk

"Arrghhhh" Salsha terkejut mendengar teriakan Lucas. Ini kesempatan yang bagus untuknya bersembunyi, ia sudah tidak kuat lagi berlari.

Salsha memilih bersembunyi di balik pohon besar, luka gores sudah menghiasi tangan, kaki, serta wajahnya. Ia harus berusaha setenang mungkin. Salsha takut deru nafasnya akan terdengar Lucas.

"Salsha... kamu dimana? Kamu nggak rindu sama om kamu?" Lucas berjalan tertatih-tatih karena kakinya yang terkilir.

Ia harus menemukan Salsha, Lucas yakin Salsha belum jauh dari sini. Lagipula ia tidak mendengar tapak kaki orang yang berlari tadi. Oleh sebab itu, ia sangat yakin Salsha bersembunyi.

"Sal, keluar dong. Om janji, om nggak bakal ngapa-ngapain kamu" Netra Lucas menyusuri pepohonan di sekitarnya. Ia juga mempertajam pendengarannya.

Lucas merutuki kakinya itu, kalau saja ia tidak jatuh, mungkin Salsha sudah tertangkap sekarang. Netra lucas menangkap pergerakan semak-semak di depannya.

Smirk menghiasi wajah tampannya itu. "I got you, little girl"

Lucas berjalan sepelan mungkin menuju semak-semak itu. Ia yakin Salsha di sana, "Keluar kamu, atau perlu saya bunuh dulu lelaki tadi?"

[FINISHED]Kapten Basket vs Vlogger CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang