Delapanbelas. Gudang, Album, dan Kenangan

2.2K 111 3
                                    

Pagi hari yang damai di rumah Khalil, lebih tepatnya di kamarnya, membuatnya semakin nyaman untuk terus terlelap.

Hari ini libur, dan ia tidak mau menyianyiakan hari liburnya dengan berpisah dari kasurnya.

Tidak ada yang dapat memisahkannya dengan kasurnya, sampai Rachel datang.

"Calillll bangun..." Rachel mengguncang badan adiknya sembari menarik kaki pemuda itu.

"Gue libur kakk" Khalil tidak mau bangun. Ia malah mempererat pelukannya pada guling.

Rachel berkacak pinggang. Walaupun berhasil melepas selimut dari tubuh adiknya, Khalil tetap tidak ingin bangun.

"Tch, bangun elah! Pergi sono jalan kek sama Nabila"

Khalil mendengus dan menggelengkan kepalanya, "Nggak mau, ngantuk"

Rachel memutar bola matanya malas, "Lagipula lo ngapain di sini kak? Sono ah dicari pak pol baru tau rasa"

"Gue libur"

"NAH! Gue juga!"

"Kaget gue bangsul" Rachel memukul adiknya dengan bantal yang ada.

Ia sudah kehabisan ide untuk membujuk Khalil. Sebenarnya ia tak mau mengatakan ini, tapi apa boleh buat?

"Temenin Nabila, sebelum dia ngambil Nabila dari lo"

Satu kalimat itu membuat Khalil bangun dan melebarkan matanya.

Maksud kakaknya apa? Siapa yang dimaksud kakaknya dengan dia?

"Gue nggak tau udah terlambat atau belum. Tapi please, selalu temenin Nabila. Karena kita nggak tau kapan dia pergi"

"Maksud lo apa kak?!"

Emosi Khalil tersulut. Entah mengapa dengan membayangkan gadis itu pergi membuat Khalil tidak nyaman dan merasa sangat marah.

Rachel menggaruk tengkuknya dan menatap sekililing, berusaha untuk menghindari tatapan sang adik.

Khalil berjalan mendekat dan memegang kedua bahu Rachel. Ia menarik dagu sang kakak untuk menatapnya.

"Jawab gue, apa maksud lo?"

Khalil tidak membentak, tidak ada satupun kalimat bernada tinggi di sana.

Namun, Rachel malah bergidik ketika mendengar suara rendah sang adik. Sama seperti ayahnya, dingin dan mencekam.

"Gue nggak bisa bantu banyak. Karena ini bukan tugas gue. Tapi yang gue tau, kakak Nabila masih hidup dan berusaha buat bawa Nabila dan mamanya pergi"

Rachel memberi sedikit jeda untuk melihat ekspresi adiknya. Dan ia hanya mendapatkan tatapan bingung dari sang adik.

"Gue mohon, untuk beberapa waktu ini tetap berada di sisi Nabila, kalau perlu bawa dia kesini. Kalau lo pikir kakaknya baik dan akan nerima lo, lo salah"

Rachel melepas tangan adiknya yang masih berada di bahunya, dan menepuk pelan bahu Khalil.

Ia pergi dari kamar sang adik. Dapat ia dengar dari luar bahwa sang adik sedang terburu-buru.

Rachel melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Ia mengunci pintu dan berjalan menuju nakas.

Di laci paling bawah, terdapat sebuah bingkai foto yang di sana terdapat sepasang kekasih yang masih berumur 16 tahun.

"Maafin aku, maaf karena nggak bisa selalu ada dipihak kamu"

---

Khalil sampai di rumah Nabila 1 jam kemudian. Ia merutuki jalan ibukota yang selalu saja macet.

[FINISHED]Kapten Basket vs Vlogger CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang