Duapuluh sembilan. Siapa yang bisa dipercaya?

1.1K 73 6
                                    

Sorry for typo(s)

Nabila melangkahkan kaki memasuki rumahnya. "Assalamu'alaikum.. Nabila pulang"

Nabila berjalan kearah sofa dan segera menghempaskan tubuhnya. Ingin rasanya ia langsung ke kamar dan langsung tidur, capek atuhh.

"Wa'alaikumsalam darimana aja bil?" Kean berjalan menghampiri adik semata wayangnya itu. Mengusap pelan surai lebat yang mirip dengan dirinya.

"Main sama Salsha, Khalil, sama Kevan kak" Kean mengangguk sembari tetap mengusap lembut surai adiknya.

"Terus ngapain sampe masuk hutan?" Nabila terkejut. Ia tidak berani menatap kakaknya sekarang, "Kenapa, hm?"

Mata Nabila bergerak gelisah dan Kean menyadari hal itu. Nabila mencoba untuk tenang dan memikirkan jawaban yang tepat.

Baru saat ia ingin menjawab, ia dikejutkan oleh perkataan sang kakak. "Kamu udah nggak percaya sama kakak lagi?"

Nabila menoleh dan mendapati tatapan kecewa dari kakaknya. "Enggak! Enggak kayak gitu kak!"

Kean tersenyum sedih, dan menjauhkan tangannya dari rambut adiknya. "Kakak kecewa sama kamu"

Kean tak berani menoleh, ia yakin pasti sang adik sedang sedih sekarang. Ia merutuki aktingnya saat ini, demi menghindarkan sang adik dari kebanaran masa lalunya.

"Kak... maafin bila" Nabila memegang lengan Kean dan langsung dihempaskan oleh pemilik lengan itu.

"Untuk apa kamu minta maaf? Kalau ujung-ujungnya kamu udah nggak percaya lagi sama kakak" Nabila menggeleng.

Ia merutuki kepergiannya tadi mengikuti permintaan Khalil. Untuk apa ia susah-susah pergi mencari kebenaran, kalau kebenaran yang sesungguhnya ada di depannya.

Ya kakaknya. Ia harus selalu percaya kepada kakaknya, ia dari awal sudah yakin bahwa kakaknya bukanlah seorang pembunuh.

"Kak maafin Nabila, Bila janji nggak bakal pergi kayak gitu lagi. Bila janji" Kean tersenyum puas, setidaknya ia masih bisa membuat adiknya terus di sisinya.

Kean menarik Nabila ke dalam pelukannya, mendekap pelan sembari terus melontarkan maaf di dalam hatinya. "Kakak percaya kamu"

Seenggaknya, Nabila berada di bawah kendaliku. Aku tidak bisa membiarkannya mendapatkan semua kebenaran itu.

...

Nabila memandangi bulan dan bintang malam ini. Entah kenapa ada perasaan mengganjal di hatinya. Di satu sisi ia mempercayai kakaknya, namun di sisi lain keinginan untuk melanjutkan pencariannya juga ada.

Namun, Nabila sudah berjanji untuk tidak pergi dan menghentikan pencariannya itu. Ia terlihat sedikit tertekan dan memilih menelpon Salsha.

"Halo sal"

"Hmmm apa bil? Ini udah jam 11 kalo lo mau tau" Nabila memajukan bibirnya tanda bosan.

"Gue bingung sal. Kayaknya kita berhenti aja deh nyari alasan kemana kakak gue dulunya" Nabila bisa mendengar suara berisik seseorang yang sedang bangun paksa sembari menyingkirkan selimutnya.

"Hah?! Apaan? Enggak-enggak!" Nabila sudah mengira respon Salsha seperti ini.

"Kenapa lo tiba-tiba mau berhenti sih? Kita udah dapet sedikit petunjuk loh" Nabila menggelengkan kepalanya.

[FINISHED]Kapten Basket vs Vlogger CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang