Sembilan. Baper enggak?

3K 158 12
                                    

Malam ini Nabila ikut papanya ke acara makan malam perusahaan. Awalnya, Nabila sudah berniat kabur, namun apa daya tertangkap jua.

Dan ya.. sekarang ia sedang duduk di salah satu restoran bintang lima, menunggu kolega sang papa. Papa Nabila sedari tadi sudah mewanti-wanti anaknya untuk bersikap baik dan selalu tersenyum.

Nabila tak peduli, tapi ia akan tetap bersikap baik. Bagaimana pun Nabila mengerti caranya bersopan santun.

Setengah jam berlalu, Nabila bosan. Sedari tadi ia hanya mendengarkan lagu dari handphonenya sembari membuka game.

Merasa ada yang menepuk bahunya, Nabila pun menolehkan kepalanya ke samping dan mendapati ibu tirinya sedang memberi kode.

Nabila mengalihkan tatapannya ke depan. Tunggu dulu, ini kenapa ada dia?

"NABILA!"

Suara Kak Rachel menyadarkan Khalil. Yap, sesuai dugaan itu Khalil. Nabila sudah melepas headsetnya dan menyimpannya ke dalam tas. Ia tersenyum kikuk mendapati keluarga Khalil di depannya.

"Loh udah kenal ya kalian?" Suara Pak Bram -ayah Khalil- memecahkan keheningan.

"Tem-"

"Pacar Calil yah! Iya kan bun?" Baik Khalil maupun Nabila membulatkan matanya.

"ENGGAK!" seruan itu terdengar dari Nabila dan Khalil. Sedangkan Rachel hanya mengerutkan dahinya.

Ia tak habis pikir. Bagaimana adiknya ini tidak mengakui kalau Nabila itu pacarnya? Satu tepukan sayang pun mendarat di belakang kepala Khalil

"Aw! Sakit kak! Nanti kalo aku tambah bego gimana?" Sedangkan pelaku hanya mengangkat bahunya tidak peduli

Pak Bram melerai pertengkaran kedua anaknya dan kedua keluarga itu pun memulai acara makan malamnya

Makan malam pun selesai. Namun, kedua keluarga ini masih belum beranjak, mereka masih ingin sedikit mengobrol ringan.

"Hmm pak Bram, bagaimana kalau kita menjodohkan anak kita?" Nabila terkejut, Khalil juga tentunya.

Pak Bram atau ayah Khalil tersenyum menanggapi. Ia pikir tidak terlalu buruk, mungkin ini bisa menjadi penghubung yang baik bukan?

"Saya set-"

"Saya tidak setuju" Nabila mengucapkan itu dengan tegas. Tatapannya menyiratkan amarah dan kebencian. Perasaannya benar, akan terjadi sesuatu yang tidak benar hari ini

"Nabila.." Papa Nabila menggeram kecil melihat tingkah laku Nabila. "Hahaha pak Bram, maaf sebelumnya, Nabila hanya bimbang, mungkin dia hanya malu"

"Anda tidak berhak untuk mengatur hidup saya. Tidak, tidak sekarang ataupun nanti."

Ucapan Nabila membuat papanya geram. Beliau mencengkram kuat lengan Nabila. Dapat dilihatnya, mata Nabila sudah memerah.

"Nabila.."

Sang papa berusaha untuk mengontrol emosinya agar tidak meledak di sini. Bisa bahaya imagenya di depan ayahnya Khalil.

"Kenapa? Papa mau marah? Mau nampar? Yaudah tampar aja, sini pa sini!"

Nabila menunjuk pipinya yang sudah basah oleh air mata. Dadanya sesak, ia tak habis pikir, kenapa sebenarnya ia masih bisa bertahan di dunia sampai saat ini?

"Papa ngejodohin aku cuman buat perusahaankan pa?! Papa jadiin aku alat untuk ngedongkrak perusahaan papa kan?! PAPA CUMAN MAU MANFAATIN AKU DOANG KAN?!"

"NABILA!"

Plakk

Satu tamparan melayang ke pipi Nabila. Tamparan itu begitu kuat, Nabila sakit tapi bukan di pipinya, melainkan di hatinya.

[FINISHED]Kapten Basket vs Vlogger CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang