#35

2.4K 165 31
                                    

Pagi yang tidak begitu cerah, agak mendung dan sangat dingin. Saat keluar dari kamar, ternyata sudah banyak anak – anak cowok yang sudah berkumpul karena mereka akan pergi menjelajahi hutan sebelum pindah ke penginapan. Abu bekas api unggun kemarin sedikit berterbangan sehingga membuat Nana harus memakai masker dan beberapa kali menyipitkan mata.

"Yok bangun yok!!! Mau jalan – jalan nih!" teriak Fadi ditambah dengan toanya itu.

Hari ini mereka akan mengelilingi hutan dengan segala rintangan yang tidak akan pernah mereka tahu. Darisini Nana belajar kalau untuk mendapatkan sesuatu itu usahanya sesulit ini, bagaimana tidak? Sebelum pindah ke penginapan yang enak dan nyaman mereka baru saja menghabiskan malam di hutan dan sekarang harus berjalan menyusuri hutan lagi, rasanya seperti tarzan. Bodohnya Nana mengingat cita – cita konyolnya dulu waktu ia masih kecil, tidak lain dan tidak bukan adalah menjadi seorang tarzan. Semua karena film kartun yang ia tonton, menurutnya mungkin enak jika bisa dekat dengan hewan dan bisa berbahasa mereka, bahkan hewan buas sekalipun bisa menjadi temannya.

Jia yang terkenal dengan manusia yang tidak punya keseimbangan, berkali – kali menyenggol Nana saat berjalan dan itu sangat mengganggu. Mau tidak mau Nana harus sedikit mundur agar tidak terus menerus disenggol oleh Jia belum lagi Laura yang selalu menghimpitnya.

"Arrggghhh!!"

Nana terkejut dan menengok ke belakangnya. "Loh Ai?! Lo ngapain di belakang gue!!" tanyanya dengan penuh kepolosan.

"Jangan banyak komentar! Itu liat ke bawah cepetan!"

Sontak Nana langsung menjauhkan kakinya dari kaki Ai yang baru saja dia injak. Sangat menyakitkan.

"Ya lo lagian ngapain dibelakang gue?! Ngintilin gu lo?! Masih ngefans?!" sumpah demi apapun Nana, kali ini dia begitu pede menanyakan hal yang sudah pasti membuat siapapun yang mendengarnya akan merasa sedikit jijik.

Ai menghela napasnya dan berdecak."Jadi orang...biasain jangan kepedean, kan lo yang bilang sendiri...lo makanya kalo jalan itu nengok dulu jangan asal mundur! Inget lo bukan mobil atau motor yang punya kaca spion! Ngerti ga bolot!" ucapnya sewot dan langsung menjauh beberapa langkah. Wajah Nana memerah, ia menahan kesal sekaligus malu dalam waktu yang bersamaan. 'Kenapa sih Ai ngomongnya gede banget!' Nana membatin.

Ketakutan Nana akan daerah curam sepertinya mulai bangkit kembali dari kematiannya, Nana tidak benci hutan hanya saja dia benci tempat curam dan licin, sungguh menyebalkan. Di kelasnya, hanya Nana yang punya phobia aneh seperti ini sehingga tidak ada satupun yang peduli karena menurut mereka Nana harus dilatih untuk menghilangkan ketakutannya dengan membiarkan Nana berjalan sendiri di jalan licin itu.

Nana POV

Ya anjir lah persetan semuanya, kenapa sih manusia di dunia ini tuh ya ga ada yang punya simpati tinggi. Gue kan phobia, masa masih tega ninggalin begini? Ada kek gitu yang nemenin. Ini? Mereka udah jauh di depan gue, kenapa sih harus lewat jalan kayak gini? Ga bisa lewat jalan lain? Menyedihkan.

Baru gue jalan dikit dengan tenang tiba – tiba ada aja tantangan adrenalin yang muncul, heran gue sama ni hutan, maunya apaan sih?

"Sini gue bantuin". Kuping gue ga salah denger? Ada juga yang mau bantuin gue, tapi dari tangan sama suaranya itu tangan cowok, ga asing deh suaranya.

Gue memandang lurus dan gue masih ga bisa percaya, gimana bisa Ai yang tadi udah jalan paling depan sama Andra tiba – tiba balik ke belakang? Cuma buat bantuin gue? Oh ga gue ga boleh berkhayal, dia pasti balik karena disuruh buat bantuin anak – anak cewek yang jiwanya penakut. Gue menengok ke belakang dan yang gue liat,

Boom!

Gue satu – satunya anak yang tertinggal, sementara gue tau guru – guru masih jauh di belakang karena memang mereka jalannya lelet. Jadi? Salah ga ya kalo gue ngambil kesimpulan kalo Ai balik buat gue, seorang?

High School Lovers/Haters (?)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin