33. Akad Nikah

2.7K 175 67
                                    

Kamu tau apa impian terbesarku sejak pertama kali mencintaimu?
Adalah setiap helai doaku terselip namamu.
Dalam sepertiga malam, kamulah yang Allah yakinkan dalam pendar asaku.

(Lora Syahbaz)

◇◇☆◇◇


"Sayang, kamu nangis?"

Sebuah tangan lembut menggenggam tanganku yang entah sejak kapan sedikit bergetar. Mungkin karena sejak tadi aku merasa gugup. Ada takut juga mulai menyeruak. Membuat tubuhku berusaha menenangkannya.

"Apa kamu tidak siap menghadapi pernikahanmu?" Pertanyaan Ummi membuatku menggeleng pelan.


"Tidak, Ummi. Shakilah hanya gugup."

Genggaman tangan Ummi mengerat. Mencoba mengalirkan kekuatan padaku. Beliau tersenyum. Sejurus kemudian memberikan pelukan hangat yang selalu membuatku candu.

"Semua gadis pasti merasa gugup dan takut sepertimu. Ini adalah pengalaman pertama bagimu. Banyak-banyakin istighfar biar hatimu tenang."

Ummi melepaskan pelukan. Lalu menangkup kedua pipiku yang sudah dipoles make up sedemikian rupa. Namun meninggalkan kesan natural. Gaun syar'i putih senada dengan hijab yang sudah ditata cantik oleh pengias temanten yang dipercaya Nyai Dalilah.

"Ummi bangga padamu. Selama ini kamu sudah melewati banyak hal dengan sangat sulit. Tapi dengan kesabaran dan keteguhan hatimu, kamu telah menyadarkan Ummi betapa kamu sangatlah berharga dalam hidup Ummi." Air mataku kembali luruh mendengar ucapan wanita surgaku ini.

"Setelah ini kamu akan menjadi seorang istri. Tingkatkanlah akhlakul karimah dalam dirimu. Karena setelah akad nanti, baktimu akan berpindah pada suamimu. Kamu tetaplah putri Ummi. Namun, ketika sudah menjadi seorang istri maka surgamu tergantung ridho suamimu."

"Insya Allah, Ummi. Walau baktiku berpindah, sejatinya bakti seorang anak pada orang tuanya tak akan berkurang sedikitpun. Doakan Shakila, Ummi. Meskipun nanti Shakila menjadi seorang istri semoga bakti Shakila pada Ummi dan Ayah tetap terjaga hingga kelak. Bersama dengannya, merajut surga dibawah ridho kedua orang tua."

Sekali lagi aku memeluk wanita surgaku. Kali ini air mataku sudah tak terbendung. Ku tumpahkan segala keresahan dalam diri di pelukan hangatnya. Setelah ini aku harus bangkit. Menghadapi masa depan yang takkan lagi sama seperti yang kujalani selama ini.

"Tanpa kamu minta pun doa Ummi selalu terlantun untukmu dan Kakakmu. Kalian berdua adalah mutiara Ummi." Aku terisak pelan. Terharu dengan ucapan Ummi.


◇◇◇◇◇


Nyai Syarifah Fatimah membimbing kami ke dalam Masjid bagian wanita. Kami berjalan mengikuti langkah beliau. Saat takbulirotul ihrom, aku membulatkan semua niat. Menyatukan diri dengan rahmat Allah.

Berbeda halnya dengan rombongan mempelai pria yang sudah berada di Masjid sejak jam 7 pagi. Mereka mengikuti kajian Syaikh Abdullah Hasan Asseggaf. Pembahasan seputar hikmah dan keutamaan Rosulullah. Sepintas rasa gugup kembali menyerangku kala Mbak Dhea menyuruh memperhatikan tablet miliknya.

Uhibbuka Fisabilillah [Proses Terbit]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon