46. Honeymoon

118 3 0
                                    

Ara dan Bisma berdua di kamar hotel yang mereka sewa. Bertukar canda, bertukar pandang, bertukar senyum, bertukar segalanya...

Ara berdiri di balik jendela besar yang mengarah langsung ke kawasan jalan Asia Afrika. Matanya disuguhi pemandangan indah bangunan-bangunan kuno, mobil dan motor yang saling mendahului satu sama lain, semuanya nampak tak sabar ingin cepat sampai di tempat tujuan. Klakson yang memekakan telinga membuat pengendara lain emosi. Andai semua orang lebih sabar dan tertib pasti semua damai, pikirnya sesaat.

"Princess kalau melamun nanti berubah jadi mak lampir buruk rupa lho," canda Bisma yang melihat Ara serius melamun.

"Ular berkokok tau apa sih?," balas Ara ketus, tak kalah sadis.

"Eits, kok sama suami ngomongnya gitu sih."

Ara mengalihkan pandangnya pada Bisma, keningnya berkerut. "Tadi katanya temen sekarang suami. Kapan aku tahu kamu itu temen aku atau suami aku?!," Ara manyun. Dia kembali lebih memilih untuk menikmati kemacetan yang tersaji di depan matanya.

"Selalu bikin aku bingung," Ara menyilangkan tangannya di dada. Bisma bangkit dari sofa, melangkah mendekati Ara dan melingkarkan tangannya di pinggang Ara.

"Maaf," kata Bisma di telinga Ara. "Setiap detik aku bisa jadi apapun yang kamu mau baik temen, suami atau musuh kamu." Bisma mengubah posisinya dengan berada di depan Ara. "Aku juga bisa jadi batok kepala yang kamu jitak." Senyum Ara mengembang mendengar ucapan Bisma.

"Janji?"

"Janji." Ara pun menghambur ke dalam pelukan Bisma, merasakan kehangatan yang menaungi tubuhnya. Nyamannya berada dalam pelukan orang yang dicintai, indahnya kisah cinta yang berakhir bahagia. Bisma menjatuhkan diri di sofa yang membisu di sebelah kirinya, dia pun mengajak Ara untuk duduk di pangkuannya. Bisma kembali melingkarkan tangannya di pinggang Ara dan Ara melingkarkan kedua tangannya di leher Bisma.

"Princess, kodok apa yang matanya berbinar-binar?," Bisma memberi tebakan. Ara memutar otaknya.

"Aku tahu, kodok yang lagi jatuh cinta kan," jawab Ara sumringah ketika mendapati Bisma lesu mendengar jawabannya. Yes, jawabannya benar. Bisma lemas, gagal deh rencananya.

"Terus kadal apa yang jago nyanyi?," Bisma kembali memberi tebakan.

"Ka dalang Parto yang lagi nyanyi di OVJ," jawab Ara langsung dan lagi-lagi jawabannya benar. Gagal lagi gagal lagi rencana Bisma untuk memulai bulan madunya. "Apa lagi?," Ara menantang Bisma. Bisma berusaha keras mencari tebakan yang sulit untuk memuluskan rencananya.

"Mmm, hal apa yang kalau dia datang bikin orang jantungan?"

"Apa ya...," Ara berlagak sok mikir padahal dia tahu jawabannya, dia hanya ingin mengulur waktu. Bisma sudah senyum-senyum sendiri, sebentar lagi rencananya akan terlaksana karena Ara seperti kesulitan mencari jawabannya.

"Hmm, apa coba?," Bisma bersuara, dia yakin Ara akan takluk.

"Halilintar," jawab Ara santai diikuti siulan kemenangan. Bisma geleng-geleng kepala. Gagal maning gagal maning.

Ara memperhatikan Bisma. "Kenapa geleng-geleng gitu? Kayak kuda ga dikasih makan."

"Hey, cumi oncom," seru Bisma sebagai tanda protesnya pada Ara.

"Eh berani ya, dasar gurita bawah laut yang kuper berlapis-lapis."

"Daripada kamu, hiu bakar kepanasan dipancing bajak laut jadi sate daging hiu yang disantap sama bajak laut yang ga pernah gosok gigi."

"Cacing anaconda."

"Kura-kura bersayap, rusa berbunga, mawar bertanduk."

"Weeehhhh ga nyambung tau, ngarang pisan itu mah," Ara berhenti membalas. Keadaan hening, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Bim, tau ga hati apa yang berlapis baja?"

"Hati singa"

"Bukan"

"Hati dinosaurus"

"Bukkkan"

"Hati vampir"

"Bissmmmmaa, bukan itu," rengek Ara manja.

"Apa dong, masa hati semut," ujar Bisma tak kalah manja.

Ara terdiam, manyun, kecewa. "Kamu tuh ya, menyerah sebelum berperang."

"Sorry princess tapi aku memang ga tahu," Bisma tahu Ara kecewa padanya.

"Kamu itu bukannya ga tahu tapi ga mau mencari tahu. Hati yang berlapis baja itu hati aku," Ara menghela napas berat.

"Maaf," Bisma sungguh menyesal, terlihat dari sorot matanya yang terbaca oleh Ara. Ara memaafkan.

"Oke tapi kalau kamu lagi-lagi menyerah tanpa perjuangan... aku akan usir kamu dari hati aku, aku cincang kamu pake golok sampai potongan terkecil, masukin kresek, buang ke tong sampah, biar dimakan kucing atau membusuk tanpa bekas. Dan nanti kamu mungkin bilang, teganya teganya teganya teganya dirimu teganya teganya... Aku akan menutup mataku dari kehadiran kamu dan menutup telingaku dari suara kamu. Aku cuma mau bilang, i'm single i'm very happy," Ara menutup pidato panjangnya.

Bisma melongo. "Ga beneran kan?"

"Kita lihat aja nanti," Ara kembali manyun, membuat Bisma gemas melihatnya. Rencananya tidak berhasil karena terlalu banyak persiapan dan strategi yang dipikirkannya, bagaimana kalau langsung saja, curi start lebih dulu. Bisma mengencangkan pegangan tangannya yang longgar di pinggang Ara sehingga tubuh Ara pun bersentuhan dengan tubuh Bisma. Ara terdiam, keadaan seperti ini selalu membuatnya jadi patung dalam ketidak berdayaan. Jantung keduanya berlompat kegirangan, napas keduanya cepat tak terkontrol, mata keduanya saling tatap menunjukkan keberanian. Bisma semakin mendekati wajah Ara yang syok tersengat aliran listrik dari Bisma. Bisma membelai rambut Ara, mencium kening Ara, mencium mata Ara, mencium pipi Ara dan sampailah ke tujuan utama, bibir Bisma melekat manis di bibir Ara. Ara melayang ke langit ketujuh, jantungnya seakan berhenti berdetak, napasnya tertahan di tenggorokan. Lama kecupan itu bertamu tanpa undangan.

Bisma menarik diri menjauhkan wajahnya. Dia menatap wajah Ara yang merona merah, tertunduk sambil tersenyum malu. Dia mengangkat wajah Ara. "Seneng?." Ara mengangguk sekali.

"Mau lagi?," tawar Bisma.

"Ga. Hari ini cukup," ucapnya diiringi gelengan kepala.

"Masa sih...," goda Bisma.

"Iya," balas Ara singkat sambil beranjak dari pangkuan Bisma. Tapi Bisma kembali menarik Ara di pangkuannya dan dalam paksaan pelukannya.

"Kalau suami-istri berduaan di kamar, enaknya ngapain ya?," kini Bisma yang berlagak sok mikir. Kedua alis Ara terangkat ke atas. Honeymoon, sekilas kata itu melintas di benak Ara. Dia merinding membayangkan hal itu. Dia jadi ingat pertanyaan Bisma tadi ketika Bisma bertanya hal apa yang bikin jantungan. Jawabannya bukan halilintar tapi... honeymoon.

Tanpa menunggu persetujuan Ara, Bisma mengangkat tubuh Ara ke atas tempat tidur yang sudah menunggu, bersembunyi di balik selimut dan... %#&^@$%&7%@!%&?><"*():P&*^%$+:D

"BISMAAAAAAAA!!"

"Arrrra... Ssssttttt..."

.^_^. .^_^.


Tamat yaaa ini. Maraton banget nih nge-publish nya. Hehe

Trima kasih untuk semuanya yang udah mampir ke lapak ini

Hatur nuhun,, matur nuwun,, terima kasih,, thanks you...

.^_^.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 07, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sepotong Hati PrincessWhere stories live. Discover now