2. Tom and Jerry

434 5 0
                                    

"So, kapan loe balik dari Jepang?," Ara membuka pembicaraan, tak tahan juga dia berlama-lamaan diam dengan sahabatnya yang satu ini.

"Kemarin malem."

"Sama ayah bunda juga?"

"He-eh."

"Sekarang loe tinggal dimana?"

"Cipaganti."

"Jauh ya."

"Ga jauh kok, cuma lima belas menit." Ara langsung memalingkan wajahnya pada Yudha karena setahu Ara perjalanan dari rumahnya di Ujungberung ke Cipaganti kurang lebih menempuh waktu satu jam, belum lagi kalau macet, wuhhh, bisa berpuluh-puluh jam. Yudha menangkap kebingungan Ara.

"Loe tinggal pinjem sapu terbangnya Harry Potter, pasti nyampe Cipaganti cuma lima belas menit, eh, sepuluh menit malah." Ara melotot geram mendengar jawaban atas kebingungannya itu.

"Sialan loe!"

"Hahahahahahaha..." Yudha tak dapat lagi manahan tawanya.

"Oleh-olehnya mana?," ekspresi wajah Yudha langsung berbalik 180 derajat mendengar pertanyaan Ara. "Oleh-oleh?? Mau gue bawain air tsunami hah?!" Yudha sedikit kesal tapi Ara malah tersenyum nakal melihat perubahan ekspresi di wajah Yudha, Yudha paling lucu kalau lagi kesal soalnya Ara bosan lihat wajah Yudha yang keren atau sok dikeren-kerenin. Ara pun makin menggoda Yudha.

"Air tsunami juga boleh lah kalau memang itu yang bisa loe bawa buat gue, daripada loe ga bawa pa-pa," Ara pura-pura memasang wajah kecewa.

"Akh loe ya, ga ada khawatirnya sama gue. Tanyain kabar gue kek waktu ada tsunami di Jepang gue dimana, keadaan gue gimana. Loe juga ga pernah nelpon...," Ara hendak membela diri tapi dengan gerakan tangan Yudha yang menahannnya bicara, Ara menelan kembali kata-kata yang sudah nyangkut di tenggorokan. "Oke kalau alasan loe jaringan listrik di Jepang putus, gue bisa terima. Tapi loe kan bisa ngirim message lewat email, twitter atau facebook, bla...bla...bla...."

Aduh, cowok satu ini cerewet banget sih, mentang-mentang biasa diperhatiin, ga diperhatiin sekali aja, langsung berkoar, gumamnya di hati.

"Loe dengerin gue ngomong ga Ra?! Tuh kan, loe malah bengong. Loe memang ga care sama gue." Sudah cukup, Yudha sudah kebablasan.

"Gue care sama loe. Gue selalu peduli sama orang-orang yang gue sayang. Tapi mungkin bukti kepedulian gue ga sama kayak kebanyakan orang, gue punya cara sendiri buat nunjukkin kepedulian gue. Gue rasa loe tahu itu kan." Yudha mulai luluh ketika mendapat sorotan mata Ara yang tiba-tiba tajam setajam pandangan elang. Yudha paling tidak mau melihat sorotan mata Ara yang seperti itu karena sorotan itu pernah menjauhkannya dari Ara. Yudha tidak ingin lagi Ara meninggalkannya. Ara juga merasakan hal yang sama dengan Yudha, dia tidak ingin kekesalannya ini membuat Yudha pergi, seperti waktu sebelumnya.

"Iya sorry, gue kan bercanda," Yudha mencoba mencairkan suasana yang sempat membeku. Dia mendekati Ara, duduk di samping Ara.

"Iya tapi jangan gitu bercandanya. Gue peduli kok sama loe, gue juga khawatir, gue juga punya plan buat ngirimin message ke loe tapi gimana gue mau ngirim message kalau tiap jam loe ngirim message duluan ke gue," Ara menatap Yudha. Lama kedua mata itu saling tatap. Rasa sayang menyelimuti keduanya. Tanpa sadar Yudha mencium kening Ara, Ara membeku, Yudha salah tingkah. "Maaf."

"Ga pa-pa. Mmmm, lain kali jangan ngambil kesempatan dalam kesempitan ya!," perintah Ara tegas.

"Eits, gue ga gitu kok..."

"Genit," bisik Ara di telinga Yudha. Yudha melotot dikatai seperti itu. Ara menjauh dari Yudha, Yudha berusaha mengejarnya tapi lari Ara sangat kencang. Yudha pantang menyerah, dia terus mengejar Ara. Ara yang memang sudah hapal di luar kepala dengan kondisi di rumahnya dan dengan tata letak benda-benda yang diatur di rumahnya, dia dapat dengan bebas berlarian menghindari kejaran Yudha. Sedangkan Yudha, seorang asing yang sudah lama tidak menginjak rumah itu, harus berjibaku dengan benda-benda yang ditabrak kakinya untuk mengejar Ara. Ara berhenti ketika melihat Yudha terduduk di sofa. Keduanya berusaha mengatur napas, menata irama jantung kembali normal.

Sepotong Hati PrincessWhere stories live. Discover now