10. Jantung Ara

161 4 0
                                    

"Pagi Mi," Yudha menyalami Mami yang sedang menyemprot tanaman di halaman depan.

"Pagi juga sayang. Ara ada di kamarnya tuh, masuk aja," Mami sudah tahu kepentingan Yudha datang ke rumah, pasti mencari Ara. Yudha pun melangkah cepat ke dalam rumah dan ketika hampir sampai di kamar Ara, dia memperlambat langkahnya, dibukanya pintu kamar Ara sepelan mungkin agar Ara tidak mengetahui kedatangannya. Rupanya Ara masih tidur, pasti ngumpet di bawah selimut, pikir Yudha sesaat. Yudha pun menarik selimut itu tapi bukan Ara yang ada di balik selimut melainkan bantal guling. Yudha tertipu. Dia pun membalikkan tubuhnya.

"Ketip...," Ara hendak mengagetkan Yudha dari belakang tapi ketika hendak melangkah, kakinya tersangkut karpet dan tubuhnya pun menabrak Yudha yang berdiri tepat di depannya. Mereka berdua pun terlempar ke tempat tidur. Tubuh Ara menindih tubuh Yudha. Wajah keduanya berada sangat dekat, hembusan napas Ara dapat dirasakan Yudha, begitu pun sebaliknya. Wajah keduanya merah padam.

"UPS!! Sorry," Ara malu bukan kepalang, dia pun menyingkirkan diri dari Yudha, menepikan tubuhnya di samping Yudha. Ara dan Yudha menatap langit-langit di atasnya, tanpa kata. Kamar pun kembali hening, sepi, seperti tak berpenghuni padahal dua insan manusia sejiwa menghiasi kamar itu.

"Ra, loe ga mau nanya ada perlu apa satu minggu gue di Surabaya? Loe ga penasaran?," Yudha membuka obrolan, walau masih agak canggung.

"Gue ga kan nanya ada perlu apa loe di Surabaya sama seperti loe ga pernah maksa gue buat cerita masalah gue. Gue akan nunggu loe cerita ke gue sama seperti loe nunggu gue cerita ke loe," Ara menoleh pada Yudha, Yudha pun menoleh pada Ara. Keduanya tersenyum. Yudha bangkit dari tidurnya, merapihkan jas yang dikenakannya.

"By the way, loe rapih banget," pujian Ara membuat kepercayaan diri Yudha melambung tinggi sampai ke langit ketujuh.

"Gue keren kan pake jas beginian?"

"Loe sih pake baju apa aja keren Yud," Ara menghampiri Yudha dan membantu Yudha mengencangkan dasinya yang longgar. Yudha memperhatikan Ara lekat.

"Mam, mulai hari ini dan besok-besok papa ga bisa sering-sering nganterin mama ke kampus karena mulai hari ini papa harus kerja cari uang untuk mama," Yudha membelai pipi dan rambut Ara bergantian.

"Apaan sih loe?," Ara hanya tersenyum-senyum manis dengan skenario yang disusun Yudha. "Kerja dimana loe?"

"Perusahaan bokap. Ya udah, papa berangkat kerja dulu ya sayang," Yudha hendak mencium Ara tapi Ara menghindar, skenario Yudha pun gagal, tidak berjalan sesuai naskah di pikirannya. Yudha berjalan keluar dari kamar Ara, Ara mengikutinya dari belakang. Yudha membalikkan tubuhnya menghadap Ara, Ara hampir saja menabraknya tapi rem kakinya cukup pakem jadi dia berhenti tanpa tabrakan.

"Gue akan selalu di hati loe kan Ra?," wajah Yudha sedikit berubah, sedikit serius. Ara menatap mata Yudha yang berbinar dan dia merasakan perubahan pada wajah dan intonasi suara Yudha.

"Ga," seru Ara tegas, membuat sedikit setruman listrik di hati Yudha. "Loe itu jantung gue Yud, loe akan selalu ada kemanapun gue pergi." Setruman listrik yang singgah di hati Yudha menghilang tanpa bekas, dan kini Yudha pun menebarkan senyum teramat menawan untuk Ara. Ara menyandarkan tubuhnya di pintu dan melambaikan tangannya pada Yudha yang semakin menjauh dan hilang.

.^_^. .^_^.

Sepotong Hati PrincessWhere stories live. Discover now