21. Melamar

171 1 0
                                    

Yudha menggandeng Sakura sepanjang jalan, membantunya menuruni tangga satu demi satu. Yudha sang raja akting pun siap dengan skenario buatannya. Mereka pun berjalan pelan menapaki jalan setapak menuju saung. Sakura nampak takjub dengan keromantisan yang tersedia di dalam saung, begitu pun dengan Yudha yang tak mengira sohib-sohibnya dapat membuat surprise seperti ini. Niatnya dia ingin membuat Sakura terpesona dengan dekor-dekor yang didesainnya tapi ternyata Ara cs ikut memberinya kejutan dengan melakukan lebih dari bayangannya dan sang raja akting pun salut untuk sohib-sohib yang pasti telah bekerja keras untuk menghasilkan hasil karya ini.

Indahnya saung ini membuat dirinya tergoda untuk cepat-cepat berada di dalamnya. Dari jauh pun, mata Yudha sudah dimanjakan dengan saung unik yang berada di tengah-tengah halaman, belum lagi lampu-lampu kertas yang bergantungan di tepi atap dan nyala lilin yang tampak kecil dari tempatnya membuat tempat itu romantis dan dia pun harus berusaha meromantiskan dirinya, menjauhkan canda-canda tak pentingnya, membuang kejahilannya setidaknya untuk malam ini saja. Untuk Sakura dan juga untuk sohib yang sudah bekerja keras membuat semua ini. Dia tak ingin merusak semuanya dan tak ingin mengecewakan siapapun termasuk dirinya.

Tapi pasti ini belum seberapa, Yudha tahu kalau Ara akan memberinya kejutan lain karena Ara selalu membuat Yudha terkagum-kagum.

"WAW," Sakura takjub ketika langkah kakinya berhasil masuk ke dalam saung. Dia berjalan mengelilingi saung ditemani Yudha yang setia mengikuti kemana pun Sakura melangkah. Sakura semakin melebarkan senyum ketika melihat foto-fotonya dengan Yudha terpajang indah dalam bingkai besar. Dan lilin-lilin yang meneranginya itu membuatnya semakin blushing. Yudha menarik kursi di depan Sakura, tersenyum pada Sakura. Sakura membalas senyuman hangat itu dan duduk di singgasana yang telah lama menunggunya. Yudha pun duduk di singgasana miliknya, di depan Sakura. Vas berbentuk hati yang menaungi dua tangkai bunga mawar merah di meja menarik perhatian Sakura.

Entah keberanian yang datang dari mana, tanpa tersadar, Yudha mengambil satu mawar di vas itu dan berlutut di depan Sakura yang nampak syok dengan Yudha yang berubah romantis tiba-tiba.

"Sakura, matahariku. Tetaplah selalu jadi matahari yang menyinari dan menghangatkan hatiku. Selalulah jadi Sakura yang memberikan cintanya untuk Yudha seperti bunga sakura yang hanya mekar untuk Jepang. Sakura, terima kasih mau menjadi matahari dalam hidupku," Yudha memberikan mawar merah tak berduri itu pada Sakura dan gadis cantik itu pun menerimanya dengan tangan terbuka. Di lubuk hati terdalam Yudha, dia merasa kata-katanya itu lebay dan mendekati gombal tapi akh, hanya itu yang ada di pikirannya. Biar gombal yang penting dia sudah berusaha romantis.

"Kita makan," ajak Yudha ketika dia telah duduk kembali di kursinya. Perlahan mereka memotong steak yang menggoda selera keduanya karena keduanya sama-sama menyukai makanan ini. Sepotong demi sepotong steak berhasil dikunyahnya sampai hanya menyisakan pisau dan garpu di piring keduanya. Jus strawberry melengkapi hidangan mereka malam ini.

"Itu apa Yud?," tanya Sakura yang melihat sebuah telur palsu di dalam mangkok.

"Eee... itu...," Yudha bingung. Dia juga tidak tahu itu apa. Dia berpikir, pikir, pikir, pikir. Cincin dalam telur. Aha! Dia ingat perkataan Ara. Yudha dengan sigap mengambil telur palsu itu sebelum Sakura membukanya lebih dulu. Yudha lagi-lagi berjalan mendekati Sakura dan berlutut di depan matahari baru dalam hidupnya. Yudha membuka setengah dari telur itu dan Sakura melihat cincin perak di dalamnya.

"Will you marry me Sakura?." Sakura terdiam. Dia sudah mengira Yudha akan melamarnya tapi dia tak menyangka kalau rasanya akan seperti ini, bahagia. Ingin secepatnya dia katakan iya tapi lidahnya kaku mengungkapkan satu kata itu. Sakura menarik napas, berusaha membuka mulutnya.

"Yes, of course."

"Thanks," Yudha memasangkan cincin di jari manis tangan kiri Sakura lalu mendaratkan ciuman sayang di kening Sakura. Malam itu canda dan tawa kembali mengelilingi Yudha dan Sakura. Keduanya bahagia. Yudha telah melakukan tugasnya sebagai pemeran utama dengan baik, dia aktor yang hebat. Dan atas semua itu dia berterima kasih sebesar-besarnya pada orang-orang di belakang layar yang sudah membantunya seperti Aurora Gunadi yang tak pernah habis dengan ide-ide cerdasnya, Bisma Gibrano Pratama yang telah merelakan idenya untuk menyempurnakan pesta lamaran ini walaupun dia tahu kalau ide yang dilontarkan Bisma sebenarnya ide yang disimpannya untuk melamar Ara suatu hari nanti, dan terakhir untuk Dikdik Praditya yang selalu jadi sohib setia dan selalu bisa diajak berkoalisi apalagi untuk menyatukan Ara dan Bisma karena dia tidak bisa melakukannya sendiri dan dengan bantuan Dikdik dia hampir melihat Ara kembali seperti dulu. Dan saatnya dia nyatakan, SEMPURNA.

Sepotong Hati PrincessOù les histoires vivent. Découvrez maintenant