42. Mungkin Aku Bodoh Memaafkannya Tapi Aku Sayang

35 1 0
                                    

"Aku cinta kamu Ra," ujar Bisma sambil menggenggam kedua tangan Ara. Keduanya saling pandang, seperti biasa, keduanya mencoba untuk menyelam lebih dalam melalui kedua pasang mata yang ditatapnya dan mencari tahu apa yang dirasakan lawan mainnya.

"Aku ga berharap kamu memutuskan semuanya secepat ini Bim. Aku akan tetap menunggu sampai kamu benar-benar yakin dengan keputusan kamu."

"Ga Ra, aku ga bisa menunda semua ini lagi. Aku ga bisa membiarkan kamu menunggu aku lebih lama lagi. Kamu udah terlalu lama menunggu aku. Semakin lama aku membiarkan kamu menunggu, semakin besar rasa bersalah aku sama kamu." Ara berusaha tersenyum namun senyuman itu sepertinya hanya ada dalam bayangannya saja karena tak nampak sedikitpun senyum yang hadir di wajahnya. Bisma pun menarik Ara dalam pelukannya, Ara terdiam, merasa nyaman dan bahagia. Masing-masing merasakan kehangatan yang pernah hilang, rasa memiliki yang telah kembali dan setengah hati yang juga telah kembali bersama.

"Kalau sama-sama kamu, rasa dingin jadi hangat, rasa pahit jadi manis, makan nasi pake garam juga kayak makan nasi pake daging," canda Bisma yang rindu dengan pemberontakan Ara yang mengundang tawa. Tapi Ara tak berontak seperti yang Bisma harapkan, dia menetap bersandar di dada Bisma dan semakin erat menjadi parasit di tubuh Bisma. Aroma khas tubuh Bisma telah membawa Ara ke masa-masa indah mereka berdua dimana mereka tertawa bersama, bercanda bersama dan menjahili orang bersama.

"Kulihat cerahnya langit di matamu, kudapat tenangnya angin bersamamu, kuhangatkan diriku dengan dirimu, kuraih hatimu dengan cintaku, kuganti hatimu dengan hatiku, kugadaikan cintaku untuk kebahagiaanku, ku bahagia dapatkan dirimu dan cintamu. Terima kasih telah menunggu aku princess, terima kasih kamu masih berdiri di samping aku, terima kasih...."

"Ssssttttt, kamu berisik banget Bim. Diem deh, jangan kayak monyet bawel gitu," protes Ara karena Bisma merusak memori indah yang sedang dikenangnya. Bisma hanya tersenyum dan mendaratkan ciuman sayang di kening Ara. Wajah Ara merona merah, dia berbalik, mencoba menyembunyikan perubahan di wajahnya walau semuanya terlambat karena Bisma telah menangkap rona merah di wajah princess-nya itu. Ara hendak menjauhkan dirinya dari Bisma tapi ketika Ara melangkahkan kakinya, Bisma langsung menarik tangan Ara. Ara tak berani menengok ke belakang, dia terlalu malu.

"I love my princess," ucap Bisma lirih tepat di telinga Ara. Hati Ara berdebar kencang merasakan hembusan napas Bisma yang membelai lembut di wajahnya. Ara menutup mata, dia tidak siap dengan kejadian yang akan terjadi selanjutnya. Memang mau ada apa? Ga Ara, kamu mikir apa sih? Jangan mikir yang aneh-aneh Ara. Buka mata kamu, buka mata kamu, buka mata kamu Araaaaaa. Semuanya ga seperti yang kamu bayangkan, semuanya akan baik-baik saja.

Belum sempat Ara menjalankan teriakan hatinya tiba-tiba Ara merasakan belaian di rambutnya. Hhhh... jangan pingsan Ara, kuat Ara, jangan pingsan, kuat, kuat, kuat. Aduh, kenapa di saat kayak gini tubuh aku ga bisa bergerak??

"Mmm," gumam Ara yang sepertinya tak didengar Bisma karena Bisma tak bereaksi sedikit pun. Bisma justru malah melancarkan serangannya, dia melingkarkan kedua tangannya di pinggang Ara, membuat Ara lemas seakan memikul ratusan ton beras. Ara semakin tak bisa berpikir ketika Bisma menyandarkan kepala di bahunya.

"Kenapa tutup mata?." Mendengar pertanyaan itu Ara spontan membuka matanya.

"Nothing," Ara salting dan dia pun menarik tubuhnya menjauhi Bisma. Dia pun bisa bernapas normal lagi sekarang.

"Kenapa hayoooo?," Bisma menggoda Ara. "Kenapa sih ayangku ini?"

"Ga pa-pa kok, agak ngantuk aja," Ara ngeles.

"Oh ya udah, kita tidur aja yuk"

"Kita??," heran Ara.

"Ya kita." Ara semakin mengerutkan keningnya. Bisma butuh waktu sekitar satu menit untuk menyadari kekeliruan ucapannya. "Maksud aku kamu. Aku anterin kamu ke kamar terus kamu tidur, aku ga ikut tidur, aku ngelihatin kamu tidur aja."

"Ihh apa sih, kalau dilihatin aku ga bisa tidur. Pulang sana"

"Ngusir nih." Ara mengangguk mantap. "Aku kan belum puas kangen-kangenannya sama ayangku." Ara melotot, membuat Bisma terpaksa menyerah.

"Iya deh iya aku pulang. Love you"

"Love you too"

"Tapi Ra..."

"Bismaaaaaaa," rengek Ara manja.

"Aku baru pertama ngedenger kamu manggil aku dengan manja gitu, aku jadi tambah ga mau pulang..."

"BISMA," Ara menaikkan intonasi suaranya.

"Iya iya, busyet dah, galak banget sih non," Bisma menyerah untuk kedua kalinya hari ini. Dia mendekati Ara, mengecup kening Ara sebagai tanda perpisahan hari itu. "Sampai ketemu besok."

"Sampai ketemu di hari yang baru," balas Ara diiringi senyum yang telah lama hilang. Hari baru, senyum baru, semangat baru. Senyum semangat seperti lagunya SM*SH. Semangat!!

.^_^. .^_^.

Sepotong Hati PrincessWhere stories live. Discover now