41. Rasa Sayang Ini Lebih Besar Dari Rasa Sakit

41 0 0
                                    

"Loe masih sayang sama Bisma setelah apa yang dia lakuin ke loe?," tanya Yudha ketika mereka berada di ruang keluarga.

"He-eh," jawab Ara singkat.

"Loe yakin??"

"Yups," Ara mengangguk mantap.

"Yakin Ra?"

"Yud... bantu gue dengan kepercayaan loe sama gue. Biarkan gue melakukan apa yang seharusnya gue lakukan dan ingin gue lakukan."

"Gue ngerti Ra tapi Bisma itu bukan yang terbaik buat loe. Loe bisa dapetin yang lebih segalanya dari dia. Mungkin dia bikin loe jatuh cinta tapi apalah artinya cinta kalau cuma bikin loe terluka dan selalu menangis," Yudha menempatkan kedua tangannya di wajah Ara dan menatapnya serius.

"Dia udah mempermainkan hati loe Ra, dia udah bikin begitu banyak luka di hati loe, dia juga udah berhasil bikin loe selalu nangis."

"Tapi gue udah jarang nangis sekarang," Ara mencoba tersenyum.

"Mata loe memang ga lagi nangis tapi gue tahu Ra... gue tahu hati loe sering nangis," Yudha mendekatkan wajahnya pada Ara. "Gue paling ga bisa ngelihat loe nangis Ra, apalagi loe menangis sendiri dalam hati. Loe menahan semuanya sendirian, loe mencoba tegar dalam diam loe, loe ga biarin orang lain masuk dalam kesedihan loe."

"Itu karena gue ga mau loe ataupun orang lain ikut larut dalam sedih gue."

"Tapi gue mau Ra, gue mau masuk dalam sedih loe, dalam senang loe, dalam diam dan tangis loe, dalam canda dan tawa loe. Gue mau selalu tahu apa yang loe lakuin dan apa yang loe pikirin. Gue mau tahu semua itu agar gue bisa tahu gimana caranya bikin loe tersenyum tapi dengan loe bersikap seperti ini, gue ga tahu harus berbuat apa. Gue bingung Ra. Gue ingin selalu menjaga loe, berada di sisi loe tapi gue ga bisa karena kita ga saling jatuh cinta. Kenapa cinta ga hadir diantara kita karena kalau saja cinta itu ada mungkin gue akan selalu buat loe tersenyum. Gue ga akan pernah bikin loe nangis, gue..."

"Ssstttt...," Ara menempelkan jarinya di mulut Yudha.

"Loe adalah sahabat terbaik, kakak tersayang dan musuh tercinta. Ga ada yang perlu dibahas lagi tentang hubungan kita. Kita udah punya jalan masing-masing, kita nyaman dengan semua ini. Yudha adalah Ara dan Ara adalah Yudha, kita saling memiliki dan itu lebih dari cukup. Kita ga pernah tahu kenapa Tuhan ga menghadirkan cinta diantara kita tapi kita sama-sama tahu kalau Tuhan punya rencana yang lebih indah buat kita," Ara memeluk Yudha, menikmati kehangatan yang datang tanpa undangan.

"Aurora Gunadi akan selalu menyayangi Yudha Baratha sampai kapanpun," bisik Ara tepat di telinga Yudha.

"Gue juga. Gue akan menyayangi loe lebih dari siapapun juga."

Berpelukaaannnnnn.

.^_^. .^_^.

"Gue akan bener-bener melepas Bisma buat loe kalau dia bisa tersenyum di sisi loe," ucap Ara yang sedang bertamu di rumah Monika.

"Gue tahu loe ingin memiliki Bisma seutuhnya tapi apa rasa ingin memiliki itu adalah rasa cinta? Ataukah sebuah obsesi atau ambisi yang belum berhasil loe gapai?," tanya Ara bertubi-tubi.

"Apa maksud kamu?!," Monika bangkit dari duduknya, berdiri tegak di depan Ara dan menunjukkan jari telunjuknya tepat di wajah Ara.

"Selama ini gue udah cukup banyak mengalah sama loe tapi semakin gue mengalah loe bukannya semakin sadar tapi loe malah makin menginjak harga diri gue. Gue mengalah bukan untuk melepas Bisma pergi dari gue tapi buat membantu Bisma keluar dari situasi yang bikin dia bingung. Loe begitu ingin memiliki Bisma tapi apa loe pernah berpikir apakah Bisma juga menginginkan loe atau mungkin dia menginginkan orang lain. Loe terlalu sibuk memikirkan apa yang loe mau, loe ga pernah sedikitpun melepas ego loe buat tahu apa yang Bisma mau. Apa itu yang namanya cinta? Kalau loe memang benar mencintai Bisma, biarkan dia melakukan apa yang dia mau," Ara sedikit tidak percaya kalau dirinya akan mencurahkan isi hatinya justru kepada Monika.

Sepotong Hati PrincessWhere stories live. Discover now