13. Batu Cinta (1)

168 3 0
                                    

Cemilan siap! Susu siap! Mata siap! Suara juga oke! TV udah nyala. Ara pun bersiap, bersiap menyaksikan MotoGP yang digelar di Sirkuit Jerez, Spanyol. Ara memasang mata lekat, para rider alias pembalap bersiap untuk warm lap. Semua pembalap berputar santai mengelilingi lintasan, pemanasan selesai dan para rider pun siap di posisinya, menunggu lampu hijau yang masih merah.

"Arrraaaaa," panggilan Mami mengganggu kenikmatan matanya.

"Iya Mi," Ara mengangkat bokongnya dari depan TV dengan berat hati, sambil berjalan keluar kamar menuju panggilan Mami, sesering mungkin Ara menengok ke arah TV dan TV pun lenyap dari pandangan matanya.

Dengan langkah cepat Ara come back di depan TV. Para rider sudah berjibaku di atas lintasan yang basah karena hujan yang sebelumnya mengguyur sirkuit itu.

"AYOOO THE DOCTOR, MAJU MAJU MAJU!!," teriak Ara mendukung jagoannya. Mami yang mendengar teriakan Ara hanya geleng-geleng gemas.

"Tunjukkan kalau kamu belum habis!!." Ara kemudian terdiam. Menikmati balapan tanpa kedipan sambil memakan cemilan yang dipangkunya juga menghabiskan tiga gelas susu dari lima gelas yang disiapkannya. Ara sibuk menyaksikan jagoannya Valentino Rossi melibas rider-rider lain di depannya. Rossi pun siap menyalip Casey Stoner di tikungan.

"Salip, salip, salip, salip, salip," dukung Ara di depan layar kaca. Senyum hampir berkembang di wajah Ara ketika sang jagoan berhasil menyalip Stoner tapi sepersekian detik wajahnya mengkerut kecewa ketika Rossi tiba-tiba terjatuh dan membawa Stoner ikut jatuh bersamanya.

"Jangan menyerah my prince!! Bangun, bangun, bangun," teriakannya kembali memenuhi setiap sudut kamarnya. Rossi pun berhasil mengendarai motornya lagi setelah terjatuh.

"Arghh, shoot Rossi dong," protesnya ketika layar TV menampilkan pertandingan rider-rider di posisi depan. Kakinya bergetar tak sabar.

"Yes!!," serunya ketika Rossi kembali di layar kaca. Rossi di posisi sebelas, tapi sedikit demi sedikit, Rossi mulai kembali menunjukkan tajinya dengan melibas lawannya satu per satu dan jagoan Ara itu berhasil merangkak naik ke posisi tujuh. Jatuhnya Marco Simoncelli dan Ben Spies di barisan depan membuat Rossi berada di posisi lima dan mengakhiri balap di posisi lima. Jorge Lorenzo, juara dunia MotoGP 2010 tak terkalahkan dan berhasil finish pertama disusul rekan senegara tapi beda tim Dani Pedrosa di posisi kedua.

Ara tersenyum bahagia, walaupun Valentino Rossi tidak berhasil naik podium di seri kedua MotoGP tahun ini, tapi dia bangga dengan jagoannya itu karena Rossi pantang menyerah dan tidak melewatkan kesempatan kedua yang dimilikinya.

"Ra," panggil Mami yang sejak lima menit lalu telah berdiri di pintu kamar Ara. Ara menoleh. "Besok jadi ke Ciwidey?," tanya Mami.

"Jadi dong Mi," jawabnya disertai satu anggukan kepala.

"Ya udah, jangan tidur kemaleman ya nanti kesiangan lho," Mami mengingatkan Ara lalu menutup pintu kamar Ara. Ara merebahkan tubuhnya, membiarkan kedua tangan menopang kepalanya, menatap bintang buatan yang menghiasi langit-langit kamarnya.

"Akh Ciwidey, Batu Cinta, Bisma," ucapnya lirih. Matanya terpejam, mengenang kenangan setahun lalu di Batu Cinta, ketika Bisma memberikan kado spesial di hari ulang tahunnya, kalung berliontin lumba-lumba.

Setahun yang lalu.

Bisma memberikan surprise di hari ulang tahun Ara. Bisma mengajak Ara ke tempat Batu Cinta berada. Begitu bahagianya dia ketika Bisma telah menyiapkan pesta kecil untuknya yang hanya dihadiri oleh mereka berdua. Di samping Batu Cinta, sebuah kue ulang tahun disiapkan Bisma. Mereka menyanyikan lagu happy birthday dan Ara pun meniup lilin di kue itu, memotong kue lalu menikmatinya berdua bersama Bisma.

Ara duduk menghadap danau, Bisma pun ikut duduk di samping Ara menghadap danau, menikmati kebahagiaan yang kini mereka rasakan dan menikmati hari-hari sebelum hari ini yang dilaluinya bersama.

"Ara," Bisma mengubah duduknya menghadap Ara. Ara pun menoleh dan mengganti pemandangan danau yang indah di matanya dengan sosok Bisma yang telah mencuri hatinya. Hatinya deg-deg-duarrr. Bisma memberikan sebuah kotak kecil pada Ara. Ara membuka kotak itu. Matanya menangkap sebuah kalung berliontin sepasang lumba-lumba, matanya berbinar terang.

"Boleh aku pasang di leher kamu?," tanya Bisma lembut. Ara mengangguk pasti. Bisma mengambil kalung itu dan memasangkannya ke leher Ara. Wajah keduanya begitu dekat, Ara menatap mata Bisma, Bisma membalas tatapan itu. Ara merasakan cinta di mata Bisma, untuknya, hanya untuknya, sekilas Ara tersenyum. Ara meyakinkan hatinya yang sempat ragu. Ya! Dia yakin Bisma mencintainya walau Bisma belum pernah mengatakannya. Tak ada obrolan disana, hanya ada kecupan hangat di kening Ara. Ara menikmatinya, menutup mata dan kembali membuka matanya, membalas tatapan Bisma ketika kecupan Bisma mengakhiri kehangatan yang sampai ke hatinya. Bisma menggandeng tangan Ara, mengajak Ara berkeliling di sekitar Batu Cinta.

"Kamu sering kesini Ra?"

"Dulu, sering, sama Yudha"

"Kamu sayang banget sama Yudha?," tanya Bisma tiba-tiba padanya. Ara menatapnya lalu menjawab pertanyaan Bisma apa adanya, sesuai dengan yang dirasakannya. Mereka kembali mengelilingi tempat itu namun perlahan Bisma melepaskan tangan Ara dari genggamannya. Ara sadar akan hal itu tapi dia tak menanggapinya serius. Sejak detik itu, Bisma menjadi aneh, berubah. Bisma pun menjauh darinya. Ara tak pernah tahu kenapa Bisma menjauhinya. Dan baru-baru ini dia tahu dari mulut Bisma sendiri kalau dia menjauhi Ara untuk kebahagiaan Ara. Alasan macam apa itu?!! Alasan yang tak pernah Ara mengerti.

Ara membuka matanya, bangun dari kenangan terindah dan terburuknya, bintang masih setia di langit-langit kamarnya. Ara meraba lehernya, mendapati kalung berliontin lumba-lumba pemberian Bisma masih mengalung di lehernya, takkan pernah dia lepaskan, setidaknya sampai Ara yakin bahwa tidak ada harapan lagi untuknya.

"Aku akan sabar menunggu Bim."

.^_^. .^_^.

Sepotong Hati PrincessWhere stories live. Discover now