40. Cinta Lari 'kan Kukejar

31 0 0
                                    

Malam dingin bertambah dingin ketika hujan deras mengguyur Bandung tanpa jeda. Kilatan petir bagai jeritan pilu kesedihan. Tangisan langit menutupi tangisan Bisma yang sendu. Bisma berdiri di bawah guyuran hujan, persis di depan rumah Ara. Tiga hari sudah sejak kepulangan Ara dari rumah sakit, Bisma tidak pernah sedetik pun melihat sosok Ara. Dia begitu ingin bertemu, dia begitu merindukan princess-nya. Tubuhnya menggigil merasakan dinginnya air hujan yang menamparnya setengah hari ini, kakinya gemetar mengisyaratkan tidak kuat lagi menopang tubuhnya tapi hatinya berteriak mantap, tegar, tetaplah berdiri, semua ini tidak akan ada artinya kalau menyerah sekarang, tetaplah semangat, tarik kembali sang princess dalam pelukanmu.

"Loe masih berani dateng kesini setelah apa yang loe lakuin?! Ga tahu malu loe!!," bentak Yudha ketika mendapati Bisma yang masih tak beranjak pergi dari depan rumah Ara. Bisma hanya terdiam, tak ada niat untuk membalas.

"Loe nantangin gue!," Yudha bertambah kesal karena Bisma mengacuhkannya. "Loe pikir loe masih pantas buat Ara? Ara udah terlalu sakit karena ulah loe Bim jadi lebih baik loe pergi dari sini sekarang sebelum gue ngusir loe dengan cara kasar."

Bisma berjalan mendekati Yudha. Keduanya saling pandang, menantang. Masing-masing menahan kepalan di tangan, menahan emosi yang siap tumpah kapanpun juga.

"Gue ga pernah minta pendapat loe tentang hubungan gue dan Ara, jadi tolong loe jangan ikut campur," ucap Bisma dingin sedingin es di kutub utara. Yudha tersentak, emosinya pun tumpah. Tinju kerasnya mendarat keras di wajah Bisma. Bisma tak tinggal diam, dia membalas dengan melancarkan serangan ke bagian perut Yudha. Yudha meringis dan kembali membalas, begitu pun Bisma yang terus-terusan melancarkan serangannya. Perkelahian itu pun berlanjut. Bisma pun siap memberikan tinju terbaiknya untuk Yudha. Tepat di saat ketika Bisma melayangkan pukulannya pada Yudha, Ara dengan sigap berdiri diantara kedua cowok itu dan pukulan Bisma nyaris bersarang ke wajah Ara tapi Bisma yang tersadar akan kehadiran Ara langsung mengerem tangannya. Yudha pun menepis tangan Bisma dari depan wajah Ara.

"Ara, aku...," lidah Bisma kembali terlilit kata yang mondar-mandir tak mau berbaris sesuai suara hatinya. Lagi-lagi dia mengecewakan Ara dan juga dirinya.

"Bisma," Ara menatap Bisma. Semilir angin berhembus pelan di hati Bisma begitu matanya dapat menatap cahaya cinta di mata Ara. Cinta Ara untuknya masih ada dan selalu ada, begitu yang Bisma tangkap dari sorot mata Ara.

"Aku tahu kamu menyayangi aku Bim, sama seperti aku menyayangi kamu. Rasa sayang dan cinta ini ga akan pernah hilang dan ga akan terganti. Cinta aku buat kamu ga seperti bunga sakura yang hanya mekar pada musim tertentu tapi cinta aku seperti waktu yang terus berjalan. Cinta aku seperti sang waktu yang akan terus ada, seperti sang waktu yang ga pernah pergi baik di siang ataupun malam hari. Seperti sang waktu yang terus berputar di waktu senang ataupun sedih. Seperti sang waktu yang akan terus berjalan sampai akhir kehidupan nanti," Ara menghela napas panjang. "Cinta aku buat kamu seperti waktu yang setia menemani bumi."

"Kalau memang benar kamu menyayangi aku seperti yang aku kira, tolong buktikan sayang itu dengan lebih dulu menyayangi diri kamu. Dan setelah kamu berhasil menyayangi diri kamu, kamu harus mengambil sikap Bim untuk memutuskan siapa yang akan kamu tarik dalam pelukan kamu, aku atau Monik?," Ara mendekati Bisma, mendaratkan belaian lembut di wajah Bisma yang mematung. Ara tersenyum, membuat Bisma semakin tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

"Selamat malam Bim," Ara menutup perjumpaannya. Dia menarik Yudha untuk ikut masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Bisma yang masih tidak beranjak dari bawah guyuran hujan yang mulai reda. Bisma masih kesulitan menuangkan kata-kata di mulutnya bahkan untuk menceramahi dirinya sendiri pun dia tidak bisa. "Hhhhh...," Bisma menghela napas. Hanya itu.

.^_^. .^_^.

Sepotong Hati PrincessWhere stories live. Discover now