24. Mimpi

135 4 0
                                    

Yudha menghentikan langkahnya ketika melihat Bisma berdiri di depan kantornya. Yudha pun menghampiri Bisma dan berjabat tangan dengan cowok itu.

"Hai sob," sapa Yudha yang sedikit aneh dengan kedatangan Bisma secara tiba-tiba tanpa kabar berita.

"Hai Yud. Sorry ganggu. Bisa kita ngobrol sebentar," Bisma meluncurkan kata-katanya. Alis Yudha bertautan, mengira-ngira hal yang akan Bisma perbincangkan dengannya.

"Tentang Ara?," terka Yudha yakin. Bisma hanya mengangguk pelan. Yudha pun mengajak Bisma duduk di kursi yang berbaris rapih di depan kantornya.

"Loe udah kenal Ara lama...," Bisma membuka pembicaraan.

"Lama banget," Yudha melengkapi perkataan Bisma.

"Gue minta tolong sama loe, tolong ceritain semua yang loe tahu tentang Ara," Bisma menatap Yudha serius, Yudha pun membalas tatapan itu tidak kalah seriusnya. Tak ada lagi bercanda apalagi ini tentang Ara. Yudha berdiri dari duduknya lalu mengangkat kedua tangannya seperti seorang maling yang disergap pak polisi.

"Gue angkat tangan, gue ga bisa cerita apapun tentang Ara terutama ke loe," Yudha menurunkan kedua tangannya.

"Kalau loe memang sayang sama Ara, cari tahu sendiri semua tentang Ara. Tunjukkin ke gue dan ke Ara seberapa besar sayang loe ke dia. Selama loe ga bisa ngebuktiin rasa sayang itu, jangan harap gue akan ngelepas Ara buat loe. Inget itu Bim, gue ga akan pernah ngelepas Ara sebelum loe nunjukkin ke gue kalau loe bisa ngebahagiain dia." Yudha membelakangi Bisma, membuat Bisma bangkit meninggalkan kursinya. Dia pun mensejajarkan posisinya dengan Yudha.

"Sebenernya semua ini bukan tentang Ara Bim, semua ini tentang loe, semuanya bergantung sama loe. Karena yang gue lihat, bukan Ara yang bikin tembok diantara loe berdua tapi loe sendiri yang udah ngebangun tembok baja buat membatasi rasa sayang loe"

"Sebelum loe membahagiakan Ara, loe harus runtuhkan dulu ketakutan loe. Dan setelah itu loe bisa meruntuhkan tembok apapun di depan loe sekalipun itu tembok baja." Yudha melangkahkan kakinya meninggalkan Bisma dua langkah di belakangnya. Namun Yudha pun membalikkan punggungnya dan memandang Bisma yang sedang memandangnya juga.

"Bahagiakan Ara dengan cara loe sendiri, bukan dengan cara orang lain," ujar Yudha yang kembali memunggungi Bisma. Perlahan tapi pasti Yudha melanjutkan langkahnya untuk pergi, memasuki mobil dan menghilang.

Bisma yang kini pikirannya dipenuhi ratusan bahkan ribuan tanda tanya mematung tak berkata di depan kantor Yudha yang makin sepi. Dia harus mencari tahu sendiri tentang Ara? Bagaimana caranya? Tanya langsung ke Ara? Gak mungkin. Setiap kali ketemu Ara, dia selalu kehilangan kata. Lalu gimana caranya? Bisma kembali memikirkan perkataan yang Yudha ucapkan. Yudha memang benar, mungkin dia yang sudah membuat tembok diantara dirinya dan Ara. Dia terlalu takut menyakiti Ara walau secara tidak langsung justru dia memang telah melukai perasaan Ara. Dan dia harus membahagiakan Ara dengan caranya sendiri?? Gimana caranya? Harus pakai rumus apa untuk membahagiakan Ara? Rumus Enstein? Trigonometri? Atau rumus gravitasi?? Arggghhhh!!!! DAMN!! Dan yang menambah berat semua itu adalah perkataan Yudha yang menyebutkan kalau Yudha tidak akan melepas Ara untuk bersamanya kalau dia belum bisa membuktikan pada Yudha bahwa dirinya bisa membahagiakan Ara. Apa lagi itu?! Bagaimana ini? Apa yang harus dilakukannya? APAAAA!!!

Hhhhh... Yudha meninggalkan banyak tugas untuknya. Tapi demi sang princess, si pencuri hati ini akan mencari caranya dan menemukan jawabannya dengan cara apapun, kalau perlu ke dukun juga boleh. Apapun boleh... demi mekarnya senyum sang princess. Caranya??? ARRGGGHHHHHHHH......!!!!!!

.^_^. .^_^.

"GILA, masa Barca kalah sama Madrid," Dikdik membuka topik di sela jam makan siang mereka di kantor. Spontan Ara dan Bisma yang menjagokan Real Madrid menatap Dikdik kompak. Dikdik yang baru sadar kalau duo itu memfavoritkan Ronaldo cs dalam ajang final Copa del Rey dan untuk menghindari serangan tajam dari mulut keduanya, dia pun menyiapkan perisai untuk mempertahankan diri.

Sepotong Hati PrincessWo Geschichten leben. Entdecke jetzt