Menjauh (Revisi)

108K 3.4K 424
                                    

Rio mengernyitkan dahi terkena pancaran sinar matahari pagi yang menembus kaca. Dengan perlahan, Rio membuka mata dan melihat tempat di sampingnya telah kosong. 'Di mana Vania?' pikir Rio seraya bangun dari tidurnya.

Rio terdiam ketika ia mendapati mantan ART nya dulu yang sedang membersihkan meja. Bukannya Vania ingin megerjakannya sendiri. Mengapa kini ada ART lagi? Pikir Rio.

Rio mengedarkan pandangan mencari keberadaan Vania, "Vania di mana ya, Bi?" Tanya Rio pada Bibi Eli.

"Mbak Vania udah berangkat dari jam lima tadi, Mas Rio. Tadi Mbak Vania juga berangkat tanpa sarapan dulu" jawab Bi Eli membuat Rio terdiam berpikir. Tidak mungkin Vania berangkat sepagi itu hanya untuk bekerja.

Rio kembali masuk ke dalam kamar mencari ponselnya. Dengan cepat, ia mencari WhatsApp Vania lalu mengiriminya pesan tapi hanya centang satu. Tidak biasanya Vania seperti ini.

Rio mengemudikan mobilnya seraya tetap mencoba menghubungi Vania. Tapi wanita itu tetap saja mematikan datanya. Bagaimana cara mencari keberadaan Vania kalau dia sama sekali tak memiliki nomor ponsel orang terdekat istrinya.

Rio berjalan ke arah pintu lalu menekan tombol bel. Seorang lelaki yang sedang menggendong anak perempuannya membuka pintu dengan mata jengah melihat Rio sepagi ini datang ke rumahnya.
Nafis memberikan jalan dan mempersilahkan Rio untuk masuk.

"Ada apa?" Tanya Nafis seraya menghidangkan teh untuk adik ipar sekaligus sahabatnya ini.

"Lo punya nomer sahabatnya Vania?" Tanya Rio tanpa basa-basi.

"Lo ada masalah sama adek gue?" Tanya Nafis dan dibalas gelengan kepala oleh Rio. Rio bercerita bahwa sejak pagi ia tak menemukan keberadaan Vania bahkan dia sudah berusaha menghubungi Vania. Masalah ART yang kini dipekerjakan kembali membuat Rio penuh tanda tanya.

Nafis hanya bisa terdiam mendengar curhatan Rio. Ia yakin bahwa ada hal yang salah. Tak mungkin adiknya seperti ini. Nafis sangat mengetahui sifat adiknya tersebut. Vania tak akan mengabaikan tanggungjawabnya seperti ini. Bahkan pergi tanpa pamit.

Nafis mencoba mencari kontak sahabat Vania yang pernah dia simpan untuk berjaga-jaga saat Vania belum pulang ketika keluar bersama kawan-kawannya.

"Halo, Erisa. Maaf mengganggu, kamu tau Vania ada di mana?" Tanya Nafis ketika telponnya telah tersambung.

"Bukannya Vania ada di rumah ya, Kak? Hari ini Vania tidak ada jadwal mengajar" jawab Erisa membuat Nafis ikut bingung. Nafis mengucapkan terima kasih sebelum menutup telponnya.

Nafis menatap Rio dengan pandangan menelisik, "Hal apa yang udah Lo lakuin ke adek gue?" Tanya Nafis dengan nada tegasnya. Rio yang ditanya seperti itu hanya bisa terdiam. Dia juga tidak tahu di mana letak kesalahannya.

-----------

Vania memandang perempuan yang ada di depannya dengan tatapan penuh intimidasi. Sebelum Rio bangun, Vania sempat mengecek ponsel Rio dan mencari di GPS tempat  Rio biasa singgahi. Hanya ada 2 titik yang sering Rio kunjungi, yaitu rumah sakit dan sebuah rumah yang tidak ia ketahui itu rumah siapa. Bahkan di WhatsApp Rio, dia menemukan nama satu perempuan yang selama ini membuatnya cemburu.

"Lo siapa?" Tanya Vania setelah menyeruput tehnya.

Perempuan itu tersenyum smirk seraya menatap Vania, "Untuk apa Lo deketin suami gue?" Tanya Vania kembali.

"Suami Lo yang deketin gue lagi. Terus apa salahnya?" Jawabnya dengan begitu santai.

"Gue tau Lo bukan Shafa, sebenarnya siapa Lo?" tanya Vania dengan tatapan tajam.

Perempuan itu terkekeh pelan lalu menyeruput tehnya. Perempuan itu tahu jika di depannya adalah Vania. Perempuan yang dulu menabrak kakaknya. Ia begitu ingat wajah Vania walaupun kejadian itu sudah berlangsung cukup lama.

MY BELOVED DOCTORWhere stories live. Discover now