Perhatian Kecil (Revisi)

99.4K 4.1K 35
                                    

Rio baru saja keluar dari kamarnya setelah shalat shubuh. Ia mengarahkan pandangannya ke arah dapur ketika mendengar suara orang yang sedang mencuci piring.

Rio berpikir sebentar lalu melangkahkan kakinya ke arah dapur. Ia tersenyum kecil mendapati Vania yang sedang begitu sibuk mencuci piring.

'Rio, maafin tante ya? Nanti kalau Vania setelah menikah masih sedikit pemalas. Jujur saja, Vania begitu susah bangun pagi. Tante saja harus teriak-teriak dulu. Jadi, tolong! Suruh dia menghilangkan kelakuan buruknya'

Mengingat kata-kata mama mertuanya begitu berbeda dengan apa yang ada. Sejak pertama menikah, Vania begitu rajin di dapur walaupun kesan pertamanya hancur saat memakan tumis kangkung yang begitu asin.

"Masih sibuk?" tanya Rio mengejutkan Vania. Vania melirik ke arah Rio sebentar lalu kembali mencuci piring.

"Iya, kalau Kakak minta makan sekarang, jangan dulu ya? Aku masih belum masak apapun"  ujar Vania seraya mematikan kran.

"Tidak, aku hanya ingin ngajak kamu lari pagi di taman kota" jawab Rio membuat Vania menghentikan gerakannya.

"Lari pagi?" ulang Vania memastikan dan diangguki oleh Rio.

Sejak kapan Rio mengajaknya olahraga bersama? Bahkan sejak awal pekenalan, ia hanya mengajaknya makan malam dan itu hanya dilakukannya di kala ia tidak sibuk sebagai acara pengenalan. Itulah yang dipikirkan oleh Vania.

"Nggak usah bengong, ganti baju sana! Nggak ada penolakan" titah Rio tegas lalu melangkahkan kakinya keluar area dapur meninggalkan Vania yang masih diam di tempatnya.

"Habis kesambet apa?" gumam Vania sebelum beranjak dari tempatnya menuruti perintah suaminya.

Vania keluar dari kamar dengan memakai kaos olahraga berwarna putih, bawahan hitam, dan memakai kerudung simple. Ia melangkahkan kakinya ke arah Rio yang begitu sibuk duduk di sofa dengan memainkan ponsel.

"Ayo" ujar Vania yang berdiri di hadapan Rio sontak membuat Rio mengalihkan perhatiannya. Rio memasukkan ponselnya di saku jaketnya lalu beranjak mendekati Vania.

Rio menggerakkan tangan kanannya lalu menggandeng tangan Vania sontak membuat Vania membeku. Rio yang melihat keterdiaman Vania mengernyitkan dahinya bingung.

"Kenapa? Kaget?" tanya Rio yang mengerti apa yang tengah dipikirkan Vania. Vania hanya menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawabannya.

"Biasakan mulai sekarang! Mulai saat ini, bergandengan tangan akan sering kita lakukan" pungkas Rio seraya mengusap puncak kepala Vania.

Vania sedikit menengadahkan kepalanya dan melihat Rio yang tersenyum hangat padanya, "Ayo" ajak Rio menarik tangan Vania agar Vania mengikuti langkahnya.

Vania mengikuti Rio yang lari meninggalkan dirinya di belakang dengan napas tersengal-sengal. Baru satu lebih tiga seperempat putaran ia sudah begitu kelelahan. Mungkin karena ia jarang olahraga apalagi olahraga lari seperti ini.

Vania menghentikan larinya seraya mengusap peluh di dahinya lalu melirik ke arah kanannya melihat kumpulan perempuan yang terus memperhatikan suaminya dengan tatapan terpesona bahkan ada yang secara diam-diam mengambil gambar Rio. Bagaimana Rio bisa tahan dengan hal seperti ini? Ia saja begitu risih melihatnya.

Vania tersenyum smirk ketika ia menemukan ide untuk membuat kumpulan perempuan itu merasa kecewa. Vania menghela napas dalam lalu berpura untuk berakting, "Kak Rio, Sayang! Tungguin dong, capek tau!" teriak Vania yang langsung mendudukkan dirinya seolah ia begitu sangat kelelahan.

Rio yang mendengar teriakan seseorang yang begitu ia kenal sontak menghentikan larinya. Begitu juga sekumpulan perempuan yang langsung menatap jijik ke arah Vania.

MY BELOVED DOCTORWhere stories live. Discover now