Fakta Terungkap (Revisi)

102K 3.9K 27
                                    

Marissa, Mama Rio berjalan ke arah sofa di ruang keluarga diikuti oleh seorang perempuan yang merupakan asisten pribadinya yang sudah begitu lama berkerja padanya. Marissa mendudukkan dirinya di sofa seraya memijat pelipisnya.

"Mengapa Nyonya mengatakan semuanya? Pasti Nona Vania sekarang begitu terguncang" ujar Firda, asisten pribadinya yang berdiri di hadapannya.

"Aku harus melakukan itu demi terwujudnya apa yang aku inginkan sejak dulu. Ternyata takdir begitu mendukungku" jawab Marissa seraya tersenyum kecil.

"Aku telah mengenal Vania sejak kecil. Gadis kecil yang begitu aku sukai. Pertama kali aku melihatnya di saat usianya masih empat tahun, aku langsung menyukainya. Saat itu aku langsung meminta Nella untuk menjodohkannya dengan Rio" tambahnya seraya tersenyum.

Flashback On

Marissa menangis sesenggukan di kamarnya setelah ia berdebat sengit dengan suaminya. Bagaimana bisa suaminya bermain di belakangnya dengan perempuan lain disaat kini mereka telah mempunyai dua anak?

Marissa mengambil ponsel dan tasnya bergegas pergi ke rumah seorang teman yang begitu mengerti tentang dirinya. Ia menyalakan mobil lalu melajukannya ke rumah temannya.

Sesampainya di sana, Marissa disambut oleh sahabatnya. Marissa berjalan cepat ke arah sahabatnya lalu memeluknya erat.

"Sudah, jangan menangis! Ayo masuk" ajak Nella, mama Vania mempersilahkannya.

Marissa menghentikan langkahnya tak sengaja melihat seorang anak perempuan sedang sibuk bermain boneka barbie nya, "Apa dia Vania?" tanya Marissa pelan tetap melihat ke arah Vania kecil.

"Iya, dia Vania" jawab Nella pelan.

"Maaf, aku nggak datang saat kelahiranmu dulu. Bahkan aku nggak pernah menjengukmu" ujar Marissa merasa bersalah.

"Tidak apa-apa. Saat itu kan kamu tinggal di Inggris. Aku mengerti. Aku juga berterima kasih karena kamu mengucapkan selamat padaku walaupun dari telpon" jawab Nella seraya tersenyum.

"Sudah, ayo duduk!" ajak Nella mempersilahkan Marissa.

Marissa menceritakan semua kesedihannya pada Nella dengan terisak. Ia merasa lega jika menceritakannya pada sahabat kecilnya. Baginya Nella adalah tempat keluh kesahnya setelah kedua orangtuanya meninggal.

"Lalu aku harus gimana, Nel?" isak Marissa menangis sesenggukan. Nella menghela napas seraya menepuk bahu Marissa menenangkan.

"Jangan menangis, Tante. Kata mama, kalau menangis itu jelek. Tante kan cantik, jadi jangan menangis" celetuk gadis kecil dengan polosnya berdiri di depan Marissa dengan menyodorkan tisu padanya.

Marissa yang mendengar itu sontak tersenyum begitu juga dengan Nella. Marissa mengangkat gadis itu lalu dipangkunya, "Kamu kok pinter banget sih, namamu siapa?" tanya Marissa seraya mencium pipi Vania kecil.

"Namaku Vania, nama tante siapa?" tanyanya polos.

"Nama tante, Marissa" jawab Marissa seraya terkekeh pelan. Mendengar suara Vania seketika membuat kesedihannya sedikit berkurang.

Vania kecil tersenyum lebar lalu mengusap air mata Marissa dengan tisu yang dibawanya. Marissa terkekeh pelan lalu mencium pipi gembul Vania kecil kembali.

"Anak kamu pinter banget sih, gemes banget tau" puji Marissa mengarahkan pandangan pada Nella.

"Dia itu penyemangatku" jawab Nella seraya tersenyum.

"Kalau udah besar dijodohin aja sama Rio. Aku rasa mereka akan cocok" pungkas Marissa seraya kembali memeluk Vania.

"Ah bagaimana bisa? Keluarga kamu itu kaya sedangkan aku biasa aja. Apa kamu yakin?" canda Nella.

MY BELOVED DOCTORDär berättelser lever. Upptäck nu