Memutuskan (Revisi)

118K 5.6K 15
                                    

Vania duduk di sofa seraya memainkan ponsel. Ia melihat satu persatu postingan Rio di instagram. Ia tak menyangka orang baru dikenalnya sepopuler ini. Padahal jika dilihat dari postingannya, ia termasuk orang yang tidak terlalu mengekspos kegiatannya. Postingannya saja cuma sembilan foto.

Vania mematikan ponselnya menyadari mamanya berjalan mendekat ke arahnya. Ia tersenyum kecil seraya menyembunyikan ponselnya.

"Mau teh?" tawar mamanya dan hanya dibalas gelengan kepala oleh Vania.

Vania melirik ke arah mamanya yang duduk di sebelahnya. Ia yakin jika mamanya akan membicarakan sesuatu yang penting karena biasanya juga seperti ini.

"Mama ingin membicarakan apa?" tanya Vania mengawali.

Mama yang mendengar pertanyaan Vania sontak terkekeh pelan, "Kamu selalu tau" canda mamanya dan hanya dibalas senyuman datar oleh Vania.

"Kamu sekarang udah 23 tahun kan?" tanya mama dan diangguki oleh Vania.

"Dulu mama seusiamu, mama sudah mempunyai anak satu yaitu kakakmu"

"Maksud mama apa?" potong Vania membuat mamanya tersenyum kecil. Mama mengambil tangan kanan Vania lalu menggenggamnya.

"Dengarkan dulu!" titah mamanya dan diangguki pasrah oleh Vania. Jujur saja, ia sudah tahu ke mana arah pembicaraan ini kalau bukan perjodohan. Ia bahkan sudah menolaknya beberapa kali.

"Mama dulu juga menikah di usia muda karena perjodohan tapi mama tidak bisa menolaknya karena itu salah satu sikap yang kurang sopan di keluarga mama dulu. Jadi, mama terpaksa menerima papamu saat mama masih mengejar gelar S1"

"Pasti kamu mengira mama suka sama papamu kan?" tebak mamanya dan diangguki oleh Vania.

"Tidak, Van. Mama bahkan nggak pernah mengenal siapa papamu. Dia tiba-tiba datang ke rumah membawa keluarganya dan langsung melamar mama"

"Mama saat itu rasanya frustasi karena mama ingin mengejar impian mama sebagai seorang designer tapi malah terhalang oleh perjodohan. Mama dulu juga berpikir ingin mencari sendiri seorang lelaki tanpa ada embel-embel perjodohan"

"Awal pernikahan, mama dan papa malah sepakat untuk tidur terpisah karena kami tidak saling mencintai. Tapi bagaimana lagi? Witing tresna jalaran saka kulina. Cinta berawal karena terbiasa. Itu yang membuat kamu sekarang juga ada di sini"

"Dengar, Van. Perjodohan belum tentu semuanya berakhir tidak baik. Liat sekarang! Papa sama mama masih bersama kan?"

"Nggak ada orangtua yang tidak menyayangi anaknya. Semua orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak mereka. Mama tahu ini adalah hal besar untukmu. Tapi ini sudah kami pikirkan dan insyaa Allah ini yang terbaik"

"Mama sudah kenal lama dengan calonmu ini. Dia orangnya baik, bertanggungjawab, dan dari keluarga terhormat. Mama yakin kamu nantinya akan bisa mencintainya seperti mama mencintai papamu"

Vania menundukkan pandangannya terdiam. Ia bingung memilih perasaannya atau orangtuanya, "Lusa kita akan ke rumahnya. Kamu nantinya bisa mengenalnya lebih jauh sebelum kalian bertunangan. Jadi, persiapkanlah dirimu" ujar mamanya seraya mengusap kepalanya. Vania menganggukkan kepalanya pasrah seraya tersenyum datar. Baru saja ia merasakan jatuh cinta, tapi tidak selancar apa yang ia harapkan.

Di lain tempat, Rio mengambil dua kotak besar yang ia simpan di lemari. Ia membawanya keluar dan meletakkannya di kasur.

Perlahan ia membuka kotak itu. Ini adalah kotak yang berisi kenangan dengan Shafa, seseorang yang masih begitu ia cintai. Ada foto, ada surat, ada baju couple, dan semua barang tentang masa lalunya.

MY BELOVED DOCTORWhere stories live. Discover now