Rival (Revisi)

96.9K 3.8K 27
                                    

3 Bulan Kemudian

Rio bergegas masuk ke dalam lobi kantor pusat WDH Group setelah papanya memintanya untuk datang ke kantor. Beberapa orang menyapanya dengan begitu sopan ketika ia berjalan menuju lift. Rio hanya tersenyum dan sedikit menganggukkan kepalanya.

Rio berjalan di koridor lantai empat belas, tempat dimana ruangan pimpinan perusahaan berada. Seorang laki-laki yang merupakan asisten pribadi papanya menyambutnya lalu membukakan pintu untuknya.

"Untuk apa papa memanggilku ke sini?" tanya Rio to the point setelah melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan.

Seseorang pria berusia hampir kepala enam terkekeh pelan mendengar pertanyaan anaknya itu yang terlalu serius. Ia beranjak dari kursi kebanggaannya lalu duduk di sofa. Ia menepuk tepat di sampingnya meminta Rio untuk duduk.

Rio menghela napas dalam lalu melangkahkan kakinya mendekat dan menurutinya. Rio duduk dengan memberikan jarak tanpa mengarahkan pandangan pada papanya.

"Untuk apa Papa menyuruhku ke sini?" tanya Rio dengan nada datarnya.

Aryo terkekeh pelan mendengarkan pertanyaan yang sama dari Rio, "Apa Papa salah ingin bertemu anak sendiri? Ini adalah pertemuan pertama kita enam bulan setelah kamu menikah"

"Bagaimana kabarmu dengan Vania? Maaf papa baru bisa bertemu karena papa terlalu sibuk" tanya Aryo seraya mengarahkan pandangannya pada Rio.

"Baik" jawab Rio singkat.

Aryo memejamkan matanya seraya menghela napas. Ia sudah biasa mendapatkan sikap seperti ini dari puteranya sejak Shafa menghilang dari kehidupan mereka.

"Dengar! Papa minta maaf atas semuanya. Ini semua demi kebaikanmu" ujar Aryo serius seraya mengarahkan pandangannya pada Rio.

"Kebaikan apanya? Papa sama saja menyiksa anak papa sendiri. Apa Papa nggak nyadarin itu semua?" seru Rio menatap Aryo kesal lalu memalingkan wajahnya.

"Papa menyadari itu. Tapi memang Shafa bukanlah yang terbaik untukmu" seru Aryo menatap frustasi puteranya.

"Sudahlah. Papa menyuruhmu ke sini bukan untuk berdebat" ujar Aryo pasrah dan hanya didiamkan oleh Rio tanpa menanggapinya.

"Mamamu sudah menceritakan semuanya tentang kamu dan Vania. Papa tahu itu memang sulit untuk kamu. Tapi, papa mohon lakukanlah, Yo" pinta Aryo memohon.

"Untuk apa? Untuk menjadi pewaris WDH? Dari awal aku sudah menolak kan? Kenapa Papa selalu memaksaku?" seru Rio kesal. Ia tak habis pikir mengapa orangtuanya selalu memaksanya.

"Aku tahu, usaha yang aku bangun sendiri tak sebanding dengan WDH. Tapi, itu lebih baik untukku" tambah Rio penuh penekanan.

Aryo yang mendengarkan itu hanya bisa menghela napas dalam lalu sedikit memalingkan wajahnya sebentar sebelum kembali lagi mengarahkan pandangan serius pada Rio, "Ini bukan masalah WDH, Yo. Ini masalah kepercayaan"

"Dengarkan, Papa! Doni sejak lama ingin menghancurkan WDH dan mengakuisisinya jika kita tidak bertindak. Papa berhasil mempertahankan karena papa memilikimu dulu dan sekarang Doni masih memiliki saham di WDH 20%, Yo" jelas papanya dengan nada memohon. Doni merupakan anak sulung dari kakeknya, sedangkan papanya adalah anak bungsu. Doni merupakan suami Tante Linda dan papa dari Kavia.

"Kakekmu telah mempercayai papa untuk memimpin WDH daripada Doni yang notabennya anak sulungnya karena Doni terlalu ambisius dan selalu merencanakan hal licik untuk mendapatkan WDH. Sekarang dia memulainya lagi karena ia tahu jika penurusku akan melanggar aturan itu" tambahnya membuat Rio terdiam seraya memejamkan matanya.

"Jadi, papa mohon lakukanlah, Yo. Apa kamu tega membiarkan apa yang dibangun oleh kakek yang selama ini kamu sayangi hancur? Papa perlu waktu untuk mengungkapkan skandal korupsi yang akan menjatuhkan pamanmu itu" pintanya kembali.

MY BELOVED DOCTORWhere stories live. Discover now