Teka-Teki (Revisi)

97.2K 4K 8
                                    

Rio bernapas lega sesampainya di rumah sakit. Akhirnya dia dapat sedikit melupakan rasa malunya pada Vania. Sejak kejadian itu, dia dan Vania sama-sama merasa canggung. Dia saja kemarin malam sampai tidak bisa tidur nyenyak.

Rio berjalan melewati lobi menuju ke arah lift. Ia menekan tombolnya menunggu pintu liftnya terbuka. Rio mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya dan tak sengaja melihat Nadia yang tiba-tiba menghentikan langkahnya ketika bersitatap dengannya dari jarak beberapa meter.

"Nad" sapa Rio melambaikan tangannya.

Nadia menghembuskan napas dalam lalu melangkahkan kakinya mendekat ke arah Rio dengan wajah datarnya. Rio mengerutkan dahinya melihat Nadia sangat berbeda sekarang. Bahkan ia tak pernah melihat Nadia sedikitpun sejak Nadia bertemu dengan Vania di rumah sakit.

"Lo ke mana aja?" tanya Rio penasaran.

"Bukan urusan lo" ketus Nadia bersendekap dada berdiri di samping Rio tanpa melihat ke arah sahabatnya.

Baru saja Rio akan bertanya kembali, pintu lift lebih dulu terbuka membuat dia mengurungkan niatnya. Rio melangkahkan kakinya ke samping memberi jalan untuk orang-orang yang baru saja keluar lift.

"Ayo" ajak Rio berjalan memasuki lift.

Nadia dengan wajah datarnya menuruti ajakan Rio lalu berdiri di samping Rio dengan memberikan jarak, "Kenapa lo sembunyiin hal itu dari gue?" tanya Nadia dengan tetap tak melihat ke arah Rio.

Rio mengerutkan dahinya bingung, "Maksud lo apaan?"

Nadia tersenyum miris mendengarkan ucapan Rio. Bahkan Rio sama sekali tak berniat untuk memberitahunya, "Vania istri lo kan?" pungkas Nadia menatap wajah Rio.

Rio seketika terdiam terkejut mendengar apa yang barusan dikatakan oleh Nadia. Nadia yang melihat keterdiaman Rio terkekeh pelan. Ia tahu jika Rio saat ini begitu terkejut karena ia telah mengetahui apa yang sedang dirahasiakannya.

"Kalau iya, selamat" pungkas Nadia lalu keluar dari lift meninggalkan Rio yang masih terdiam.

Rio memejamkan matanya sebentar lalu mengikuti langkah Nadia, "Tunggu sebentar, Nad. Gue akan jelasin semua" titah Rio mencekal pergelangan tangan Nadia.

"Untuk apa? Lo udah nggak anggap gue sahabat lo?" sarkas Nadia menatap Rio tajam. Rio terdiam lalu menarik tangan Nadia ke arah koridor yang masih sepi.

Nadia berusaha melepas cekalan Rio tapi ia tidak bisa dan terpaksa mengikutinya. Setelah memastikan keadaannya aman, Rio menghentikan langkahnya lalu melepas cekalannya.

"Gue jelasin semuanya dan tolong dengerin gue" pinta Rio pada Nadia. Nadia menghembuskan napas dalam lalu menganggukkan kepalanya.

Nadia dan Rio duduk di bangku tunggu bersampingan. Rio mulai menceritakan semuanya dari awal orangtuanya meminta padanya untuk menerima perjodohan sampai pernikahan itu terjadi secara terperinci. Nadia mendengarkan semua penjelasan Rio dengan seksama tanpa berniat untuk memotongnya.

"Gue bingung, Nad. Lo sendiri tau, gue mau menjadi penerus WDH hanya karena Shafa. Tapi sekarang nggak ada untungnya juga karena gue gak tau keberadaan dia. Gue bukan orang bodoh! Gue tahu kalau orangtua gue yang sembunyiin semuanya" keluh Rio seraya menyandarkan punggungnya lesu dengan memejamkan matanya.

"Gue nggak bisa benci mereka karena mereka yang udah ngasih kehidupan ke gue. Gue terpaksa menikah dengan Vania supaya gue bisa mengganti semua yang mereka beri" tambah Rio dengan nada frustasinya. Perlahan Nadia menggerakkan tangannya menepuk bahu Rio untuk menenangkannya.

"Lalu apa yang harus gue lakuin, Nad? Mama terus meminta anak dari gue, sedangkan gue masih belum mencintai Vania sedikitpun. Gue tau, Vania tidak salah dalam hal ini. Maka dari itu, gue berusaha membuka hati gue buat dia. Apa gue salah?" keluh Rio mengeluarkan semua kekesalannya.

MY BELOVED DOCTORWhere stories live. Discover now