Hari Pertama (Revisi)

119K 4.7K 30
                                    

Rio menempelkan kartu lalu membuka pintu apartemen. Ia melepas sepatunya lalu meletakkannya di rak sepatu dekat pintu.

Rio mengedarkan pandangan mencari seseorang. Ia melangkahkan kaki ke arah dapur dan melihat Vania sedang sibuk memasak.

Vania membalikkan badannya sontak sedikit terkejut melihat keberadaan Rio yang berdiri tak jauh darinya. Ia sampai tak sadar jika suaminya sudah pulang karena terlalu fokus memasak.

"Baru pulang?" tanya Vania dan diangguki oleh Rio.

"Dokter laper kan? Saya lagi masak tumis sawi sama tempe. Cuma ada bahan itu tadi di kulkas" ujar Vania seraya kembali fokus memasak.

"Ngapain kamu masak?" pertanyaan Rio membuat Vania mengernyit bingung.

"Dokter ngeledek saya?" sahut Vania membuat Rio sontak bingung.

"Walaupun saya di rumah jarang masak karena yang masak mama. Bukan berarti saya nggak bisa masak. Saya masih bisa kok kalau masak masakan sederhana macam ini" tambah Vania seraya menuangkan hasil tumisannya di mangkok.

Rio masih terdiam memperhatikan Vania. Padahal ia tidak bermaksud sama sekali untuk menyindir. Bahkan ia tak tahu kebiasaan Vania sama sekali.

"Yaudah, saya mau mandi dulu" izin Rio berpamitan pada Vania. Rio melangkahkan kaki ke arah kamar tanpa mendengar jawaban Vania terlebih dahulu.

Rio membuka lemarinya mencari pakaian yang akan dikenakannya sore ini. Entah pikiran dari mana, ia membuka semua pintu lemari dan sama sekali tak mendapati pakaian Vania yang tertata di dalamnya. Ia mengedarkan pandangannya dan melihat koper Vania ada di pojokan kamar.

"Kenapa nggak ditata?" gumam Rio berpikir.

Rio keluar kamar seraya mengusap rambutnya yang masih basah dengan handuk. Vania yang sedang menata hasil masakannya di meja makan sontak terkejut sekaligus terpesona melihat Rio seperti ini.

Kaos putih dipadukan dengan celana hitam pendek serta rambut yang masih basah membuat Rio semakin tampan di mata Vania. Ia baru kali ini mendapati penampilan Rio yang sangat berbeda seperti biasanya.

"Ada apa?" tanya Rio yang melihat Vania yang terus memperhatikannya. Vania yang tersadar sontak gugup dan kembali menata hasil masakannya pengalihan dari rasa gugupnya.

"Ayo makan" ajak Vania seraya tersenyum kecil mengalihkan suasana. Rio mengangguk pelan lalu mendudukkan dirinya di hadapan Vania.

"Kenapa pakaianmu nggak kamu tata di lemari?" tanya Rio.

"Saya nggak tahu yang mana tempat buat saya" jawab Vania sejujurnya.

"Saya sebelah kiri dan kamu sebelah kanan" jelas Rio dan diangguki oleh Vania.

"Nanti saja, saya tata" ujar Vania dan diangguki oleh Rio.

Baru saja ia akan mengambil piringnya, Vania lebih dulu mengambilnya, "Saya ambilkan" ujar Vania dan diangguki oleh Rio.

Rio memperhatikan Vania yang mengambilkan nasi untuknya, "Segini cukup?" tanya Vania dan diangguki oleh Rio.

Rio menerima piringnya lalu mengambil sendoknya, "Kamu nggak makan?" tanya Rio yang tak mendapati piring Vania.

"Nggak, saya tadi sudah makan mie ramen instan milik Dokter yang ada di kulkas. Saya lagi pengen makan mie" ringis Vania sedikit memelankan nada bicaranya.

Rio mengangguk mengerti lalu mengambil tumis sawi masakan pertama dari istrinya dan meletakkannya di piring. Ia menyendoknya lalu menyuapkan ke dalam mulutnya.

Vania menatap Rio sedikit meringis menunggu tanggapan darinya. Jujur saja, ini masakan pertamanya.

Baru saja ingin mengunyah, Rio mengurungkan niatnya ketika merasakan sesuatu yang mengganggu indera perasanya. Ia melirik ke arah Vania yang terus memperhatikannya.

MY BELOVED DOCTORWhere stories live. Discover now