Keputusan

3.3K 207 10
                                    

Hai haiiiiiiiii
Mohon maaf karena author sangat terlambat sekali update chapter ini 🙏🙏🙏
Ada beberapa hal di luar dugaan yang terjadi
Semoga kalian akan tetap setia menunggu cerita ini ya...

###

Beberapa hari telah berlalu dengan cepat. Besok adalah hari dimana Arshad bersama teman-temannya pergi ke Jogja.

Meira mengepak beberapa pakaian ke dalam tasnya dibantu oleh Tante Siva.

Ya, tantenya itu sudah tahu. Arshad sendiri yang meminta ijin. Dan Tante Siva malah dengan senang hati memperbolehkan Arshad membawa Meira untuk diperkenalkan kepada orang tuanya.

"Perlengkapan mandi jangan lupa dibawa" Siva mengingatkan.

Meira mengangguk. Ia segera mengambil perlengkapan mandi yang dibutuhkan.

"Nanti kalau ketemu sama orang tuanya Arshad, yang terpenting kamu harus jaga sopan santun. Ingat, orang tua suka dengan anak yang sopan. Kamu harus rapi dan jangan berdandan menor. Oke?".

"Siap, tante" seru Meira dengan tersenyum lebar.

"Kalau udah sampai, jangan lupa telfon ya. Biar tante nggak khawatir".

"Iya".

Meira terdiam sesaat. Ia menatap punggung Tante Siva. Sementara tantenya itu masih sibuk mengepak baju Meira.

Ia kemudian memeluk Tante Siva dari belakang. "Makasih ya, tan. Selama ini tante udah mau jaga dan urus Meira seperti anak tante sendiri. Meira bersyukur banget punya tante sebaik Tante Siva. Meira sayang sama tante".

Siva tersenyum. Ia cukup terharu dengan perkataan lembut Meira.

"Sama-sama, sayang. Tante juga sayang banget sama kamu, Ra".

Meira semakin mempererat pelukannya. Menyalurkan rasa bahagia dan sayangnya.

Tiba-tiba Mbok Dar datang dan mengetuk pintu. Membuat pelukan Meira terlepas.

"Non, ada tamu dibawah".

Meira mengernyit. Siapa yang bertamu malam-malam gini?

"Siapa mbok? Cowok atau cewek?" tanya Siva.

"Cowok, nyonya. Yang dulu sering kesini. Namanya Rehan kalau nggak salah".

"Rehan?" lirih Meira tanpa sadar.

Siva menoleh, menatap keponakannya itu. "Kamu temui sana, Ra. Biar tante yang selesai in".

Meira memgangguk. Ia segera turun ke lantai bawah.

Ketika di lantai bawah, Meira mendapati Rehan yang sudah duduk tenang di kursi tamu. Entah ada apa dengan cowok itu, menemuinya malam-malam begini.

"Hai, Ra" sapa Rehan begitu Meira sudah berada di hadapannya.

"Hai" jawab Meira. "Ngapain loe kesini malam-malam, Han?".

Rehan tersenyum. Tapi senyumnya terlihat dipaksakan. Meira tahu itu.

"Gue kangen aja" balasnya.

Meira diam. Tidak tahu harus bereaksi apa.

"Boleh kita ngobrol di depan aja?".

"Iya".

Keduanya kemudian keluar dari rumah dan duduk di kursi yang sudah disediakan.

Suasana hening cukup lama. Hingga beberapa menit kemudian Rehan memecahkan keheningan.

"Besok gue balik ke Paris, Ra. Dan mungkin gue nggak akan pernah balik kesini lagi. Karena udah nggak ada orang yang pengen gue perjuangin".

Meira tentu tahu maksud Rehan. Ia memilih diam.

Remaja Masa Kini (COMPLETE)Where stories live. Discover now