Permohonan

5K 279 2
                                    

Hai haiiiiii
Makasih untuk kalian yang selalu menunggu dan baca cerita ini
Yuk baca yukkkk 👇👇👇

###

Arshad menatap Meira sekilas. Ia tersenyum. "Bukan. Humaira bukan pacara gue".

Meira menoleh. Sakit rasanya...

Lalu selama ini Arshad menganggapnya siapa????
.
.
.
.
.

Rere tersenyum lega. Kalo Arshad bilang cewek itu bukan pacarnya, maka artinya memang mereka tak ada hubungan apa-apa.

"Tapi dia gadis spesial yang InsyaAllah bakalan jadi bidadari surgaku" lanjut Arshad dengan senyum manisnya.

Entah mengapa Meira merasa menang. Ia bahkan tidak bisa menahan senyumnya. Mungkin karena Arshad secara gamblang mengakuinya di depan umum. Terutama di depan cewek yang menurut Meira agak genit.

Berbanding terbalik dengan raut Rere yang berubah menjadi murung.

***

Husna menatap tajam pemandangan luar gerbang sekolah yang tak sengaja ia lihat. Ya, Meira dan Arshad baru saja keluar dari angkot bersama.

Fix. Itu artinya dari kemaren dua orang itu juga berangkat bersama. Pantas saja datangnya bebarengan.

Husna mengepalkan tangan. Perih. Sekali lagi hatinya merasa sakit.

"Loe nggak pernah ngehargain perasaan gue, Ra. Dan sekaran, gue juga ga bakalan ngehargain perasaan loe. Keputusan gue udah bulat. Gue nggak akan relain Arshad begitu aja".

***

"Ehem" Meira berdehem. Membuat Arshad menoleh.

Keduanya baru saja keluar dari angkot.

"Ayo" ajak Arshad. Sehingga Meira dan dirinya mulai berjalan beriringan.

"Tadi itu siapa?" tanya Meira memulai pembicaraan. Sebenarnya ia agak ragu untuk bertanya. Tapi mau apa lagi, Meira benar-benar penasaran.

"Salah satu anak pesantren milik abah" jawab Arshad.

"Oh, abah kamu punya pesantren?".

Arshad mengangguk.

"Banyak nggak murid di pesantren abah kamu?".

"Alhamdulillah. Cukup banyak".

"Terus, banyakan mana, murid cewek atau cowoknya?".

"Sama banyaknya sih".

Meira diam. Itu artinya di pesantren itu Arshad banyak yang suka. Dan berarti selama ini Arshad menjadi rebutan banyak cewek di sana.

Hanya memikirkan saja membuat Meira agak kesal.

"Kenapa sih Ra? Kok tumben kamu tanya tentang pesantren abah aku" ucap Arshad.

"Nggak papa. Pengen tau aja" dalih Meira. Ia segera mempercepat langkahnya.

Sementara Arshad menatap punggung Meira yang semakin menjauh. "Ada apa dengan Humaira ya".

***

Sama seperti kemarin, baik Meira maupun Husna memilih saling diam satu sama lain hingga pelajaran berakhir.

Sejujurnya Meira ingin menyapa duluan. Tapi Husna lebih dulu membuang muka.

Meira jadi bingung sendiri.

Remaja Masa Kini (COMPLETE)Where stories live. Discover now