Kerisauan

4K 238 7
                                    

Halloooooooo....
Makasih banget yang udah like dan berikan saran pada cerita ini
Author sangat mengapresiasi hal tersebut
Langsung aja yuk baca kelanjutannya!

###

Farzan duduk di sofa yang menghadap tepat ke kamar Meira. Ia sedang menunggu Yumna mengucapkan kata selamat tinggal sebelum mereka benar-benar pergi ke Singapura besok.

Sebenarnya, Farzan sangat ingin mempertemukan Meira dengan Yumna dalam keadaan sadar. Tidak saat Meira tidur seperti ini.

Namun apalah daya, Yumna bersikeras menolak hal tersebut. Ia tidak mau Meira sedih karena mengetahui kondisi yang sesungguhnya.

Sudah hampir dua jam berlalu. Tapi tidak ada tanda-tanda Yumna akan keluar.

Mungkin Yumma ingin melampiaskan kerinduannya selama ini....

Farzan memilih untuk masuk ke kamarnya. Tak ingin mengganggu Yumna dan Meira.

Sebelum ia masuk ke kamar, ia menengok pintu kamar Meira.

"Semoga Tuhan mempersatukan kalian kembali" lirihnya.

***

Sementara itu, di dalam kamar, tampak Meira dan Yumna yang duduk berhadapan di ranjang.

Meira memutuskan untuk membuka matanya. Ia tidak tahan mendengar Yumna yang menangis dan mengaku merindukan dirinya.

Awalnya Yumma terkejut. Ia bahkan tak tahu harus berkata apa. Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Inilah resiko yang ia hadapi bila menemui Meira.

"Kenapa? Kenapa anda pergi saat itu?" tanya Meira. Ia memusatkan matanya ke arah kanan. Tidak ingin menatap wanita itu.

Bukan, bukan Meira masih marah. Tapi ia masih belum sanggup. Ia takut tidak akan tahan bila menatap langsung Yumna.

Yumna menghela nafas panjang. Ia tidak ingin menceritakan hal yang sesungguhnya kepada Meira. Tapi...

"Jika anda tidak ingin menjawab. Maka silahkan pergi, dan jangan pernah menemuiku lagi" tandasnya.

"Humaira...".

Meira menoleh. Ia terhenyak ketika melihat air mata Yumna.

Jujur saja, melihat ibunya menangis, membuat Meira tak tega. Tapi mau bagaimana lagi, ia harus mengetahui alasan Yumna meninggalkannya dulu. Agar ia dapat memutuskan untuk memaafkan atau sebaliknya...

"Waktu itu... Saat kamu lomba, mama menerima telfon dari nenek kamu. Beliau sedang sakit. Dan waktunya tidak akan lama lagi. Mama langsung kesana, meskipun konsekuensinya mama harus ninggalin kamu dan papa. Mama minta maaf. Pikiran mama saat itu kalut" akuh Yumna. Air matanya kini makin deras.

"Lalu setelah itu kenapa anda tidak kembali meskipun nenek sudah meninggal?".

Yumna terdiam. Tidak sanggup berbicara mengenai penyakitnya.

Isakan Yumna makin keras. Membuat Meira khawatir sekaligus bingung.

Apa pertanyaanya salah?

Lalu dimana letak kesalahan itu?

Ia hanya ingin tahu kebenarannya saja. Apa itu salah?

"Kenapa?" tanya Meira lagi.

Yumna mengangkat kepala. Ia menatap Meira sendu. "Mama hendak balik ke kamu dan papa, sayang. Percayalah. Tapi,..... Tapi....".

Remaja Masa Kini (COMPLETE)Where stories live. Discover now