41 | HOW ARE YOU, PRINCESS?

775 45 1
                                    

** I hope you've been preparing the tissues while reading this chapter.

Play:
Yiruma - River Flows in You

"Setiap orang adalah teka-teki. Kamu adalah sebuah puzzle, bukan hanya untuk dirimu sendiri, tetapi juga untuk orang lain, dan misteri besar di zaman kita, adalah bagaimana kita menembus puzzle dan memecahkan teka-teki ini."

Sepertinya matahari sedang bahagia, ia bersinar cukup hangat pagi ini. Seolah tersenyum pada dunia yang sibuk dengan urusan ribuan manusianya. Matahari memang setangguh itu, ia selalu ada disaat apapun. Mendung ataupun malam, matahari sesungguhnya selalu ada.

Diruangan dengan bau antiseptik itu seorang gadis sedang duduk diatas ranjang putih yang sedikit dingin, rambutnya ia gerai rapi lengkap dengan sebuah penjepit rambut hitam yang menghalangi poninya untuk jatuh. Tangannya tak diam, sebuah pena ada disana, sedang dengan lincahnya mengukir kata diatas kertas. Sesekali ia tersenyum, tapi tak jarang matanya meneteskan air mata. Tidak, ia tidak pernah menyesal akan pilihannya malam tadi. Meski jika ia mau, ia bisa mengubah keputusannya sekarang. Ini masih 30 menit sebelum operasi itu lakukan, tapi Syifa masih teguh pada pendiriannya. Ia tak pernah berniat untuk membatalkan keinginannya itu.

'Ceklek'

Gadis itu menoleh kearah suara, disana ada seorang laki-laki tengah berdiri dengan nafas yang terengah. Syifa hanya tersenyum memandangnya.

"Pikirkan lagi baik-baik, Syif." laki-laki dengan bibir tipis itu berujar sembari memberikan tatapan tajam lada Syifa.

"Pasha, aku udah memikirkannya baik-baik. Berulang kali, semalaman." Syifa berujar sembari tersenyum, lantas menutup bukunya dan kembali menatap laki-laki itu. Ah, pasti Alan yang memberi taunya, Ujarnya dalam hati.

Pasha mendekat, dan tanpa aba-aba ia membawa Syifa kedalam pelukannya. Jangan berpikir ada hubungan khusus antara mereka, karena bagi Syifa, mereka hanyalah teman yang saling peduli satu sama lain.

"Syif?"

Gadis itu menoleh saat seseorang memanggilnya dari ambang pintu, lantas memberikan jarak lagi antara dirinya dan juga Bahktiar.

"Sebentar lagi Dokter kesini, mau periksa keadaan kamu dulu. Lalu, operasi nya akan dimulai." Zian berujar dengan bahu kirinya yang disandarkan pada kusen pintu bercat putih pucat disana.

Syifa mengusap ujung matanya yang sedikit berair, sebelum kemudian ia berujar, "aku mau ngomong berdua sama Zian. Kamu bisa keluar sebentar, kan? Sebentar aja." ujarnya sambil menatap Bahktiar.

"Oh, i-iya." laki-laki itu menjawab sambil beranjak dari duduknya.

Syifa memastikan tubuh Bahktiar benar-benar sudah tidak ada diruangan itu lagi, dan dengan nanar menatap punggung laki-laki itu hingga hilang sepenuhnya di balik tembok saat telah melewati pintu.

"Aku mau minta tolong, Zi." ujarnya setelah dirasa Bahktiar telah benar-benar meninggalkan ruangan.

"Apa?"

Dear Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang