35 | WHEN I SAW YOU

734 52 20
                                    

Play Music :

에일리 (Ailee) - 까꿍

"Takdir itu bercabang, berputar dari sisi satu ke sisi lain, tapi pada akhirnya mereka akan kembali ke titik yang telah ditentukan."

Untuk memahami makna satu tahun, tanyalah seorang siswa yang gagal dalam ujian kenaikan kelas. Untuk memahami makna satu bulan, tanyalah seorang ibu yang melahirkan bayi premature. Untuk memahami makna satu minggu, tanyalah buruh mingguan. Untuk memahami makna satu hari, tanyalah seorang pekerja dengan upah harian. Untuk memahami makna satu jam, tanyalah seorang gadis yang sedang menunggu pacarnya. Untuk memahami makna satu menit, tanyalah seseorang yang ketinggalan kereta. Untuk memahami makna satu detik, tanyalah seseorang yang selamat dari kecelakaan. Untuk memahami makna satu mili detik, Tanyalah seorang pelari yang meraih medali perak olimpiade. Setidaknya itu yang pernah Nayla baca dalam suatu blog di internet. Pernyataan itu sungguh benar, tak akan ada orang yang paham betul arti sesungguhnya dari waktu. Kecuali orang tersebut mengalaminya sendiri, atau paling tidak bertanya pada orang yang benar-benar telah mengalaminya sendiri.

Belakangan ini, Nayla mulai menyadari satu hal. Tentang waktu yang terlalu sering ia lupakan keberadaannya. Ah, mungkin kurang tepat jika harus berkata tentang keberadaan waktu. Sebab tanpa disadari keberadaanyapun, waktu tetaplah ada. Jangan pernah menunggu waktu yang tepat, karena waktu tak pernah benar-benar tepat. Percayalah, Nayla sudah mengalaminya lama sekali. Hanya saja, gadis itu baru menyadarinya beberapa hari terakhir. Saat waktu membuatnya menyadari kesalahannya, saat waktu membuatnya yakin untuk memperbaiki segalanya, saat waktu memaksanya untuk mundur, juga saat waktu kembali membuatnya bertemu tanpa ragu. Waktu, adalah kunci segalanya.

"Nay..."

Nayla menoleh saat seseorang memanggilnya, suara yang amat ia kenal. Pelan dan lembut seperti biasanya.

"Masuk, kak," mendengar hal itu Syifa tersenyum, sebelum kemudian kakinya melangkah masuk lebih jauh ke dalam kamar Nayla. Gadis itu terdiam beberapa saat, sebelum
kemudian ia mengulurkan tangannya kepada Nayla, memberikan sebuah buku yang memang sedari tadi ia bawa.

"Kamu belum baca sampai akhir, Nay." Syifa tersenyum lagi, dan dengan langkah pelan ia keluar dari ruangan itu. Membiarkan adiknya mendapatkan sedikit ketenangan untuk mengerti apa yang ingin disampaikan Syifa dari kata demi kata yang tertera pada buku tadi.

Nayla terdiam, tak kunjung membuka buku yang telah ada di genggamannya. Apakah boleh ia membacanya? Tapi Syifa memang sudah mengijinkan. Lalu, kenapa hanya diam? Setidaknya itu yang senang mondar-mandir di kepala nya. Ragu, tapi sesaat kemudian tangannya  telah berhasil membuka buku itu dengan sempurna.

Kehidupan adalah istimewa, tentu dengan caranya sendiri.
Entah itu sekarang ataupun nanti, hidup tetaplah istimewa.
Hidup pada saat ini artinya melepaskan masa lalu dan jangan menunggu masa depan.
Artinya, jalani hidup secara sadar, sadari bahwa setiap saat kamu bernafas adalah hadiah.
Aku juga sama, mencoba menganggap satu tarikan nafas adalah hadiah yang istimewa.
Karena dalam sekali bernafas, aku dapat melihatmu, dua kali juga sama, begitu seterusnya.
Karenanya, bagiku hidup adalah istimewa.

Nayla mengambil nafas panjang. Benar, itu adalah sebuah hadiah istimewa yang diberikan tuhan. Tanpa disadari gadis tersenyum, merasa jika apa yang barusan ia baca adalah suatu kebenaran. Ya, itu fakta. Gadis masih tersenyum, manis. Sebelum kemudian, tangannya membalik buku tersebut ke halaman berikutnya.

Bila sebuah keputusan harus diambil, putuskanlah.
Itu yang seharusnya kalian lakukan.
Itu yang semestinya aku lakukan.
Aku mundur. Bukan maksudku untuk menyerah, bukan maksudku untuk berhenti.
Aku hanya paham tempatku, aku hanya sadar rasaku memang tak seharusnya untukmu.
Karenanya, aku memilih mundur.

Dear Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang