2 | In time

2.8K 222 8
                                    

In time of grief and sorrow,
I will hold you and rock you
And take your grief and make it my own.
When you cry, I cry and when you hurt, I hurt.
Together, we will try to hold back the floods to tears and despair and make it through the potholed street of life.

—Nicholas Sparks—

*

Nayla tidak tahu apakah hari ini dia terlalu pagi untuk tiba disekolah atau memang seisi sekolah sedang malas untuk bangun dan tiba sesegera mungkin disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nayla tidak tahu apakah hari ini dia terlalu pagi untuk tiba disekolah atau memang seisi sekolah sedang malas untuk bangun dan tiba sesegera mungkin disana. Yang jelas ketika gadis itu sampai, sekolah masih sangat sepi. Tidak ada orang lain yang berkeliaran selain dirinya dan beberapa tukang kebun yang sedang menyapu di halaman.

Nayla menghela napasnya, kemudian matanya melirik pada jam tangan yang terpasang dipergelangan kirinya.

Masih jam lima-empat-lima. Itu tandanya dia memang sedang mendadak jadi anak rajin hari ini. Nayla tidak tahu apa yang mesti dia lakukan sepagi ini, pergi ke kelas dan duduk sendirian sambil menunggu bel masuk akan terasa sangat membosankan dan tentu saja, sesuatu yang Nayla rasa bukan dirinya sama sekali. Duduk di perpustakaan sambil melamun keluar jendela mungkin opsi yang tepat. Namun sayangnya, perpustakaan baru akan dibuka pukul tujuh nanti.

Nayla mendesis, sepuluh menit yang dia habiskan untuk berpikir rasanya sia-sia. Pada akhirnya dia tetap tidak punya pilihan yang bagus untuk membuang waktunya sepagi ini. Merasa tidak punya hal lain yang bisa dilakukan, gadis itu memilih memutar badannya dan berjalan lagi melewati pintu gerbang.

Langkah kaki Nayla yang tanpa arah membawanya kedepan sebuah toko pecah belah. Mendapati ada sebuah toko barang sudah buka sepagi ini jelas sesuatu yang tidak biasa. Ditambah lagi Nayla baru melihat toko itu sekarang, mungkin ini yang sempat Nayla dengar dari bisik-bisik teman sekelasnya.

"Ada toko sovenir yang jual barang-barang lucu di simpang tiga." begitu katanya.

Butuh setidaknya dua menit bagi gadis itu untuk memutuskan masuk kedalam toko atau tidak. Meski harus berpikir cukup lama, pada akhirnya dia tetap melangkahkan kakinya masuk kedalam sana.

Begitu masuk, Nayla langsung disambut oleh interior toko yang cukup unik. Berbeda dengan bagian luarnya yang didominasi oleh warna lilac, bagian dalam toko itu justru dominan dengan warna monokrom seperti abu-abu, hitam, dan putih. Tidak ada penjaga toko di belakang meja kasir, membuat Nayla berpikir kalau pemiliknya mungkin sedang ada urusan diluar dan lupa mengunci tokonya. Gadis itu bingung sejenak, tapi memilih terus berjalan. Dia menyusuri rak, memandang pada puluhan aksesoris yang digantung rapi, gelas-gelas kaca yang berbaris, dan hiasan-hiasan beragam rupa.

Berjalan sendirian dan melihat sekeliling tidak pernah gagal membuat Nayla merasa relaks, atau ya, setidaknya sampai sebuah kotak kayu kecil di rak paling ujung menarik perhatiannya secara mendadak, sekaligus menciptakan sensasi tercubit dalam dadanya.

Dear Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang