15 | DESTINY

986 78 0
                                    

Play Music :

Taeyon (SNSD) - All With You

"Takdir itu jahat. Ia membelenggu tanpa ragu, menjerat tanpa nasehat, dan tak sekalipun menyeka air mata."

Cahaya mentari berhasil menembus sela-sela gorden yang sedikit terbuka. Menyilaukan, tapi tak sekalipun membuat gadis yang menatapnya berpaling. Ada yang berbeda pagi ini, biasanya riuh kokok ayam dan kicauan burung berhasil membangunkan gadis beriris hezel tersebut. Tapi hari ini nampaknya ada pengecualian. Suara angin pun seolah tak bisa menembus gendang telinganya.

Sunyi, tanpa ada satupun yang tau bahwa hal tersebut amat sangat menyiksa.

Gadis itu kembali menitihkan air mata, memaki dirinya sendiri dalam hati. Ia benar-benar tak mengerti apa yang sedang takdir rencanakan, bahkan tak sekalipun ia memikirkannya. Apakah ini hukuman atau hanya cobaan?

Selimut tebal menutupi tubuhnya hingga kedagu, sekalipun pagi ini cuaca lumayan hangat. Sejak kemarin malam, Nayla memang lebih sering diam dan hanya menangis mengurung diri. Matanya merah, bibirnya pucat, ditambah dengan rambutnya yang berantakan dirasa telah cukup untuk mendeskripsikan keadaannya yang memang sedang tidak baik-baik saja.

Nayla menghapus air matanya dengan punggung tangan, saat tiba tiba saja Zian datang. Punggungngnya berhasil menghalangi sinar matahari yang sedari tadi menerpa wajah Nayla dengan hangat.


"Aku lagi pingin sendiri, Zi. Aku harap kamu bisa ngerti. Jadi, tolong keluar." Nayla berujar dengan nada yang sedikit sarkastik, meskipun masih terdengar bahwa dirinya sedang menahan tangis.

Mendengar hal itu Zian hanya tersenyum. Ia tau, sekalipun ia berbicara panjang lebar Nayla pasti juga tidak akan bisa mendengarnya. Jadi ia memilih diam. Perlahan laki-laki beriris kopi tersebut duduk di tepian ranjang Nayla, mengelus pelan rambut gadis didepannya itu. Walaupun detik berikutnya tangannya telah dihempaskan oleh Nayla. Zia tak masalah, ia cukup mengerti bahwa Nayla masih terguncang, gadis itu perlu waktu untuk menerima ini semua, dan Zian akan berusaha untuk membantunya menerima itu.

Ia kembali tersenyum, lembut. Tangannya sedang merogoh kantong hoodie-nya seolah tengah mencari sesuatu, sebelum kemudian ia berhasil mengeluarkan sebuah benda kecil dari sana. Ya, alat bantu dengar. Benda berwarna senada dengan kulit tersebut ia pasang kan ke telinga Nayla. Namun yang terjadi setelahnya, Nayla malah melepaskan benda tersebut dan melemparnya jauh hingga mengenai dinding dan kemudian tergeletak di lantai. Sekali pagi Zian hanya diam, ia tak marah, apalagi memaki Nayla karena tidak menghargai usahanya untuk mendapat kan benda itu, karena Zian tau bahwa Nayla perlu waktu.

Laki-laki itu beranjak dan mengambil kembali benda itu. Namun ditengah langkahnya yang panjang, Nayla berujar.

"Dengar, aku nggak tuli, Zi! Ini cuman efek samping dari obat jangka panjang yang aku konsumsi! Jadi..., kamu nggak perlu repot-repot bawain aku benda begituan. Karena sebentar lagi semua juga akan kembali normal!" Nayla berujar dengan keras dengan air mata yang kembali mengalir di pipi putihnya.

Zian tetap diam dan memasangkan kembali alat bantu dengar yang baru saja ia ambil. Dan kali ini Nayla tak menolak, ia hanya terus menangis dan menutupi wajahnya degan telapak tangan.

"Tes tes... Nona, apa kau mampu mendengarku?" Zian berujar didekat telinga Nayla, sesaat setelah alat bantu dengar tersebut telah berhasil ia pasangkan.

Gadis itu masih setia dalam isaknya, meskipun kini ia sedikit berhasil menagkap suara Zian.

"Aku nggak tau Zi....kenapa semua jadi kayak gini, kenapa aku jadi kayak gini, kenapa...." Nayla berujar parau.

Dear Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang