29 | COUNTLESS

781 65 2
                                    

Play Music :

Yougjae (GOT7), Jimin Park - I'm All Ears

"Jika kamu kembali melihat kebelakang, kamu hanya akan menemukan luka dan kecewa. Itu hanya akan membuatmu stuck di satu tempat tanpa kembali melanjutkan apa yang sejatinya benar."

Rinai masih setia membasahi semua yang ada di bawahnya. Seolah tak mau membiarkan barang satu benda pun yang tak terlindungi bangunan untuk kering. Dingin seolah menusuk tulang, membuat kantuk kembali menjalar ke seluruh badan. Hari ini semua sekolah di hadiahi tanggal merah oleh pemerintah, tentu itu merupakan kesenangan tersendiri bagi para pegawai kantor dan guru  maupun pelajar seperti Nayla. Lihat saja, gadis itu masih setia dengan lelapnya kala jarum jam telah menunjuk tepat ke angka 8. Tubuh mungilnya masih dibalut selimut, pun juga dengan kepalanya yang dengan sengaja ia beri bantal di bagian wajah sampai menutupi telinga.

Nayla membuka matanya dengan terpaksa, saat seseorang sedikit mengguncang tubuhnya. Gadis itu mengambil alat bantu dengar yang ia letakkan di samping jam weker. Sebelum memasang kan benda tersebut ke telinganya.

Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali, membiarkan buram akibat terlalu lama terlalap agar segera hilang.

"Happy weekend!!!!!" Zian berujar keras sembari memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi.

Alih-alih menjawab, Nayla malah menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Ia tak mau Zian melihatnya dalam keadaan seperti ini, takut kalau kalau muka kusutnya terlihat sangat tak karuan. Lagipula, siapa tau juga di ujung bibirnya masih ada bekas iler yang mengering, atau bahkan masih ada belek yang menempel dengan menjijikkan di matanya. Nayla tak ingin itu terjadi.

"Kenapa, sih?" Zian bertanya sembari mengangkat sebelah alisnya.

"Pergi sana, aku mau ke kamar mandi!"

"Kalau mau ke kamar mandi ya pergi aja, aku nggak bakal ngikutin kamu dari belakang, kok. Ya..., setidaknya sebelum kita resmi di KUA." ujar Zian menggoda.

"Pergi!!! Kalau nggak... Kalau nggak..." Nayla menghentikan kalimatnya, seolah tengah berpikir.

"Kalau nggak?"

"Ya kalau nggak kita putus." Nayla berbicara dengan cepat, nyaris tanpa spasi sama sekali. Bayangkan saja Nayla tengah nge-rapp dengan wajah yang datar.

Hal tersebut malah mengundang tawa bagi Zian, laki-laki itu sangat merasa terhibur dengan ekspresi dan cara Nayla saat bicara barusan, "Wihhh..., ancamannya galak banget, sih, neng. Iya iya aku keluar. Jangan lupa pake baju yang bagus, bawa jaket juga kalau keluar, hari ini kita bakal jalan-jalan." Zian berjalan menuju pintu, sembari mengedipkan sebelah matanya.

❣❣❣

Nayla tak tau kemana Zian akan membawa dirinya juga Syifa. Mereka tengah berada di dalam mobil, Zian dibalik kemudi, Nayla disebelahnya, dan Syifa yang ada di kursi belakang. Sekarang masih pukul 5.27, masih pagi? Sangat. Entah apa yang ada dipikiran Zian, sehabis mandi tadi Nayla langsung di ajak untuk keluar olehnya, bersama Syifa tentu. Tak tanggung-tanggung, laki-laki itu langsung meminta izin pada Tia juga Irham, meskipun laki laki-laki setengah baya tersebut tak menggubris sama sekali. Beruntung saat itu Tia langsung memberikan izin pada mereka untuk pergi.

"Kita mau kemana, Zi?" Syifa bertanya, mencoba mengawali pembicaraan.

"Ke pantai." Zian menjawab masih dengan mata yang fokus pada jalanan didepannya.

Dear Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang