10 | HURT AND LAUGH, CAN I?

1.2K 101 2
                                    


Play Music:

Damsonegongbang - I Love You With All My Heart

"Karena tertawa adalah caraku untuk menutup luka."

Kelabu tampak sedang menghiasi separuh langit ibukota saat ini, seolah mengerti ada sebuah hati yang meraung sedih dalam kesunyian nya. Kelabu itu seolah siap mengantar rinai yang turun bersamaan dengan air mata. Entahlah, Syifa tak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi, yang ia tau adalah hatinya kini bagai ditusuk sebuah belati tajam. Bagaimana tidak, saat hendak mengambil pesanan makan siang dikantin, matanya malah harus menangkap pemandangan yang membuatnya menjadi tidak baik-baik saja. Ya, dia melihat Zian dan Nayla di taman. Dengan wajah mungil adiknya yang ada diantara telapak tangan milik Zian. Ia juga melihat saat ada sebuah kecupan hangat tengah mendarat di pipi mulus Nayla. Syifa melihat semua itu, sangat jelas.

'Sudah jauh hari aku relakan kamu dengannya, hati yang telah aku tutup untukmupun bahkan sudah tak mau aku buka. Tapi kenapa rasa sesak itu harus masih ada dan terus menciptakan rasa sakit di dalam dada?'

❣❣❣


Detik jarum jam seolah sedikit lebih cepat hari ini, terbukti bel petanda jam pelajaran telah berakhir sudah berbunyi keras melalui speaker yang memang dipasang di setiap kelas dan beberapa area di sekolah lainnya. Sejak kejadian jam istirahat tadi, Syifa lebih banyak diam. Sesekali ia hanya mengumbar senyum saat Zian maupun temannya yang lain bertanya.

"Syif, kamu mau bareng nggak? Nanti biar sekalian sama Nayla juga," Zian bertanya sembari merapikan bukunya yang masih berantakan diatas meja.

"Nggak usah, Zi. Aku sendirian aja. Lagian, aku udah pesan taxi online juga." Syifa menjawab tanpa menoleh pada Zian. Jelas Syifa akan menolak permintaan seperti tadi. Ia tak mau menjadi perusak suasana antara Zian dan adiknya, karena kalau Syifa bersih keras ikut, akan dapat dipastikan bahwa disepanjang perjalanan Nayla akan menutup mulutnya rapat. Dan Syifa tak mau itu terjadi.

"Oh, yaudah. Aku duluan ya, Syif." Mendengar itu Syifa hanya tersenyum. Gadis itu hanya memandangi punggung Zian yang perlahan menghilangkan dibalik pintu kelas.

Gadis itu beranjak, meninggalkan kelas yang bahkan masih ramai oleh beberapa siswa. Langkah nya pelan, tapi tak sekalipun membuatnya berhenti untuk menuju luar sekolah. Syifa tak berbohong soal dia telah memesan taxi online tadi. Karena ini bukanlah drama korea, dimana seorang gadis yang sedang patah hati akan berbohong saat si pemain lawan menawarinya tumpangan. Ya, karena hidup ini memang tidak seperti drama korea. Setidaknya begitulah kata iklan minuman soda di televisi. Dan Syifa percaya itu.

"Jalan Lily nomer 14 pak." Syifa berujar sesaat setelah ia menaiki taxi yang memang sudah menunggu di depan sekolah. Sopir tersebut hanya mengangguk sembari menyalakan mesin taxinya.

Sepanjang jalanan ibukota yang Syifa lewati, nampak tidak seramai biasanya. Apalagi, ditambah hujan yang mengguyur jalanan beraspal dibawahnya. Lengkap sudah, kini manik kelam milik Syifa menatap nanar langit kelabu diatas sana.Pelan tangannya mengambil note kertas berwarna merah muda di tasnya, gadis itu mencoba mengukir pesan disana, tanpa ada yang tau, dan hanya beralaskan bisikan sendu.

Hujan, tak perlu kau sampai kan rinduku padanya. Cukup sampaikan saja maafku untuknya. Maaf untuk rasa yang terlahir dengan sendirinya, maaf akan hati yang memang tak pantas untuk bersanding dengannya, dan maaf soal cinta yang memang belum bisa ku lepaskan sepenuhnya. (ZNK).

❣❣❣

"Masih nggak mau pulang juga adik kamu itu?" seorang pria bertanya sembari menyesap pelan secangkir kopi hitam di tangannya, sesaat setelah Syifa masuk kedalam rumah.

Dear Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang