45. Kasih Putih

1.6K 102 30
                                    

Kasih putih - Glenn Fredly

Selain menunggu ada hal lain yang tidak bisa kita hindari. Yaitu kehilangan, karena di dunia ini tidak ada yang abadi.
⛄⛄⛄

Karen mengetuk pintu berwarna hitam di hadapannya. Sesekali ia mengucapkan salam hingga pintu itu terbuka dari dalam memperlihatkan seorang cewek cantik. Mereka berdua sama-sama terdiam memandang satu sama lain. Karen ingat siapa cewek di hadapannya, walau cewek itu banyak perubahan. Badannya yang berisi, rambutnya yang dulu panjang kini pendek dan sekarang cewek itu lebih cantik dari yang terakhir Karen lihat.

“Kak Karen?”

Karen mengangguk sambi tersenyum. Cewek itu menghambur ke pelukan Karen.

“Akhirnya Kak Karen kembali.” Bella mengucapkan dengan riang.

“Aku denger cerita dari kak Vino, Kakak semalem ada di acara perayaan ulang tahun hotel. Aku sedikit nggak percaya, soalnya raut muka kak Vino nggak menandakan dia ketemu Kak Karen. Mukanya malah ditekuk kaya enam tahun yang lalu pas Kak Karen pergi,” ucapnya masih dalam keadaan memeluk Karen. “Aku seneng Kakak kembali, berarti kak Vino nggak akan galau lagi, deh!”

Karen tersenyum saat Bella melepaskan pelukannya. “Kamu makin cantik.”

“Kakak lebih cantik.” Bella meraih tangan Karen dan menggenggamnya. “Kakak mau ketemu kak Arvino?”

Karen mengangguk menjawab. “Ada kak Arvino nya?”

“Nggak ada, dia kerja di rumah sakit Cahaya. Kak Vino udah berhasil jadi dokter.”

Senyuman Karen semakin lebar, akhirnya cita-cita Arvino tercapai.

“Masuk dulu, yuk, Kak.” Karen menahan tangan Bella saat ia menarik tangan Karen untuk masuk ke dalam. “Kenapa?”

“Apa Arvino udah punya pacar atau calon istri?”

Satu detik … dua detik ... tiga detik. Bella terdiam, wajahnya datar setelah Karen menanyakan itu, membuat Karen berkecil hati. Arvino pasti sudah mempunyainya, maka cowok itu memiih untuk mengakhiri hubungan mereka, hingga Karen mendengar Bella tertawa sangat kencang.

“Calon istri?” Bella kembali tertawa. “Jangankan calon istri. Dikenalin cewek aja dia nolak. Bilangnya apa coba kalau dikenalin ke cewek?”

“Apa?”

“Dia bilang ‘maaf aku setia sama satu cewek’ selalu aja bilang gitu.” Bella tersenyum memandangi Karen. “Lagian kenapa, sih, Kakak nanya gitu? Kak Karen harus tahu, kak Arvino selalu nunggu Kakak. Dia selalu sayang sama Kakak dan aku yakin sampai sekarang pun mungkin kak Arvino masih sayang sama Kakak.”

Tidak, Arvino sudah tidak mencintai Karen lagi. Terbukti karena cowok itu memilih untuk mengakhiri daripada melanjutkan. Mungkin Bella tidak tahu kabar putusnya Arvino dengan Karen sehingga adik dari mantan kekasihnya itu berbicara seperti itu.

Karen teringat ucapan Arga di kafe tadi. Mungkin Arvino dulu pernah memperjuangkan Karen dan kini waktunya Karen memperjuangkan Arvino. Walau nanti cowok itu tetap tidak ingin kembali bersamanya, setidaknya Karen harus berhasil membuat Arvino mau memenuhi permintaan terakhirnya.

“Bell, Kakak pergi dulu. Makasih Bella, sampai ketemu nanti.”

⛄⛄⛄

“Karen Nauren Prihadi.”

Karen berdiri saat namanya dipanggil oleh suster yang bertugas di bagian administrasi dan menghampiri meja itu.

“Silahkan masuk ruangan dokter Arvino, di sebelah sana.” Suster tersebut memberikan sebuah map berwarna biru berisi berkas-berkas Karen sebagai pasien baru di rumah sakit ini.

Stone Cold [COMPLETED] #watty2019Où les histoires vivent. Découvrez maintenant