21. Karen, mengapa?

2K 116 31
                                    


Maaf darimu lebih penting dari kesehatanku.


⛄⛄⛄

Ini hari pertama mereka mulai masuk sekolah. Hanya tinggal beberapa bulan lagi murid kelas XII akan melakukan Ujian Nasional (UN) . Tidak ada waktu untuk bermain-main. Yang ada hanya waktu untuk belajar, belajar dan belajar.

Setelah liburan kurang lebih dua minggu, mereka kembali menjalani aktivitas sebagai pelajar di sekolah. Upacara di hari senin sebagai awal mereka beraktivitas. Hampir satu jam lebih mereka berdiri di lapangan, untung saja cuaca sedang mendung.

Setelah selesai upacara, Karen mengedarkan pandangannya mencari seseorang. Ia berlari menghampiri orang itu ketika ia berhasil menemukannya.

"Hallo, Bell," sapa Karen dengan senyumannya.

"Hai, Kak!" seru Bella dengan sangat riang.

Karen melirik Afkar yang berdiri di samping Bella. "Kok, berdua aja?"

Bella dan Afkar saling pandang, kemudian cowok itu mengedikkan bahunya.

"Kak Karen nanyain siapa?"

"Arvino nggak masuk sekolah," sahut Afkar.

Karen jadi salah tingkah sendiri, ia berdeham beberapa kali. "Gue nggak nanyain dia. Aneh aja gitu cuman berdua biasanya kalian bertiga." Karen menatap Bella yang sedang tersenyum geli. "Arvino masih sakit?"

"Iya, Kak. Badannya masih agak panas gitu."

"Kalau penasaran sama keadaan Arvino, mending lo datengin ke rumahnya kali, Ren." 

Karen melemparkan tatapan tajamnya ke Afkar, memberi isyarat agar cowok tersebut menutup mulutnya.

"Yaudah, duluan ya, Bell." Karen membalikkan badan hendak pergi ke kelas, tetapi Bella mencegahnya.

"Eh, Kak. Ada titipan salam dari kak Arvino. Katanya kak Arvino nunggu Kakak di rumah."

Karen menaikkan sebelah alisnya. 

"Kak Arvino juga bilang, semangat sekolahnya. Terus katanya, kak Arvino nggak akan sembuh kalau belum dapet maaf dari Kak Karen."

Karen berdecak sinis. "Bilangin juga ke Arvino, maaf itu artinya apa?"

Setelah itu, Karen pergi ke kelas. Ia sempat mendengar samar-samar suara tawa Bella dan Afkar. Entah apa yang mereka tertawakan. Karen sungguh sangat menyesal menghampiri Bella. Jadinya seperti ini, kan? Mereka mengira bahwa Karen peduli kepada Arvino. Padahal, Karen hanya merasa bersalah sudah membiarkan Arvino kehujanan hingga sakit.

Karen duduk di kursi panjang depan kelas, menatap ponselnya yang sepi. Biasanya Arvino selalu saja menguhubunginya walau Karen tidak pernah membalas. Arga pun sama, biasanya cowok itu selalu mengirimkan pesan lewat dirrect message di instagram. Namun, setelah penolakan Karen terakhir, cowok itu sudah tidak pernah lagi menghubunginya.

Karen merasakan perasaan yang sangat aneh. Dua cowok yang selalu menghubunginya kini tidak lagi. Ia jadi ingat ucapan Bella, Arvino menitipkan salam? Mengapa tidak langsung bilang kepada dirinya? Bisa saja bukan jika Arvino mengatakan langsung lewat telepon atau chat?

"Lo kenapa, sih?" Zara duduk di samping Karen, ia mengulurkan snack bermaksud menawarkan sahabatnya. Karen hanya menggeleng dengan pandangan lurus ke depan.

"Gue denger Arvino nggak masuk, ya?"

Karen mengangguk.

"Masih sakit?"

Stone Cold [COMPLETED] #watty2019Where stories live. Discover now