38. Beasiswa

1.8K 91 72
                                    

Selamat Siang

Part ini aku dedekasikan buat rifapoy19 yang hari ini lagi ultah dan minta double up😂. Selamat ulang tahun Kak, doa terbaik buat kakak pokoknya 😊😊

Selamat membaca

Devano - Ini aku

Hadiah paling berharga dalam belajar adalah peringkat dan beasiswa.

⛄⛄⛄

Seminggu telah berlalu, mereka telah melakukan Ujian Sekolah dengan lancar. Tinggal menunggu dua hari lagi untuk melaksanakan Ujian Nasional. Semua murid kelas XII merasa semakin tertekan. Namun, mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk yang terbaik.

Waktu bermain semakin terkuras, dan itu berlaku bagi Karen serta Arvino. Sudah beberapa hari ini Arvino jarang bertemu dengan Karen. Yang cowok itu tahu, sang kekasih sibuk belajar. Padahal sebenarnya Karen memang sengaja menghindar.

Ada sesuatu yang membuat Karen harus menghindari Arvino secara perlahan. Sama seperti cowok itu mendekatinya secara perlahan. Cara ini mungkin akan berhasil, perlahan tapi pasti.

Suara pintu kamar Karen terbuka. Ia mengalihkan pandangannya dari buku ke belakang, melihat ke arah pintu kamarnya. Daffi dan Misha masuk bersama ke kamar Karen.

"Lagi belajar? Ini malem minggu, lho," ucap Misha yang berdiri di belakang Karen sambil mengusap rambut Karen lembut. Sedangkan Daffi duduk di samping kasur Karen. "Kenapa nggak main aja sama Arvino?"

"Enggak, Ma. Karen harus belajar biar bisa dapetin nilai yang bagus." Karen memandang Misha dan Daffi bergantian. "Tumben, ada apa Ma, Yah?" Karen menyadari sesuatu yang aneh pada kedua orangtuanya. Pasalnya mereka jarang menemui Karen ke kamar berduaan seperti ini. Biasanya mereka selalu memanggilnya keluar kamar untuk menemui mereka.

"Ayah cuman mau lihat anak gadis ayah aja. Kayanya dia lebih milih belajar dari pada jalan sama pacarnya." Daffi tersenyum menatap anak gadisnya. "Ayah bangga sama kamu."

Entah mengapa Karen merasa ada sesuatu. Ia bisa merasakan keadaannya sekarang.

"Kamu sayang Arvino?"

Karen mendongak melihat Misha sekilas, lalu memandang bukunya. "Kenapa Mama tanya gitu?"

"Kamu yakin mau lanjutin rencana kamu?" Kini giliran Daffi yang bersuara. "Ayah nggak masalah kalau kamu batalin. Karena jujur, Ayah udah bangga banget sama kamu sampai sini."

"Mama dan Ayah nggak akan paksa kamu. Semua keputusan ada di tangan kamu, Ren," sambung Misha.

Karen mengepalkan tangannya yang berada di bawah meja belajar. Ia menahan perasaan aneh yang ada dalam diri. Dadanya terasa sesak, ia ingin mengatakan tidak, tetapi pikirannya mengatakan iya.

"Arvino udah kamu kasih tahu?"

Karen tersenyum miris. Mendengar nama Arvino saja sudah membuat hatinya terasa teriris. Apalagi jika ia harus bertatap muka dan memberitahukan kebenarannya kepada Arvino, yang ada Karen merasa hatinya hancur berkeping-keping.

Selama ini, Karen berusaha menutupi semuanya dari Arvino. Yang mengetahui kenyataan ini hanya keluarga, Zara dan Arga. Sekeras mungkin Karen menutupinya agar Arvino tidak tahu.

"Kalau Mama jadi kamu, Mama bakalan terus ada di deket Arvino. Buat banyak kenangan sama dia sampai waktunya habis. Biar kita nggak nyesel nantinya."

Stone Cold [COMPLETED] #watty2019Where stories live. Discover now