15. Perlahan

1.9K 145 40
                                    

Jika aku mengejar kamu berlari. Maka aku akan mendekat perlahan hingga kamu tidak menyadari keberadaanku.

⛄⛄⛄

Hari ini adalah hari pembagian raport SMA Gemilang. Setiap persemester akan diumumkan peringkat pararel saat para orangtua murid berkumpul di aula. Setelah ini, sekolah akan diliburkan selama kurang lebih dua minggu. Tentu saja mereka tidak sabar menunggu hari ini tiba.

Semua para wali murid sudah berkumul di ruang aula. Misha melihat Banan yang duduk di bangku kedua dari depan. Ia berjalan menghampiri bangku kosong di sebelah Banan. Daffi seperti biasa tidak pernah bisa menghadiri acara sekolah Karen kerena pekerjaannya. Berbeda dengan Banan yang harus membagi waktu antara perkerjaan dan anaknya.

"Lho, Misha? Saya kira yang mengambil raport Karen adalah Daffi," ucap Banan melihat Misha yang duduk di sampingnya.

"Ah, mana mungkin. Dia sibuk sama kerjaannya." Misha terkekeh-kekeh. "Kamu merangkap, ya? Jadi wali Arvino dan Bella?"

"Ya ... begitulah."

Suara pemandu acara mulai terdengar, acara akan segera dimulai. Sambutan-sambutan dari pihak sekolah sudah berlangsung dan kini acara inti. Pengumuman peringkat pararel serta pembagian raport perkelas. Nama yang mendapatkan peringkat pararel mulai disebutkan dari peringkat yang terendah. Banan tersenyum senang saat mendengar nama Arvino mendapatkan peringkat ke dua. Setelah nama Arvino, Misha tersenyum bangga. Nama anak satu-satunya kembali disebut di acara seperti ini. Karen mempertahankan peringkatnya. Dari tahun ke tahun, ia selalu mendapatkan peringkat satu pararel.

"Selamat Misha, Karen mendapatkan peringkat satu," ucap Banan setelah mereka keluar dari ruang aula selesai acara.

"Makasih, selamat juga buat Arvino," balas Misha sebelum ia menoleh ke samping karena ada yang menyapanya.

"Hallo, Tante."

"Hai, Arvino." Misha tersenyum ramah kepada Arvino seolah tidak mengingat apa yang telah Karen ceritakan kepadanya. "Selamat, ya, kamu dapat peringkat kedua. Hebat."

"Makasih banyak, Tante." Arvino mengedarkan pandangannya, ia tidak melihat orang yang sedari tadi dicarinya. "Karen nggak sekolah, Tan?"

"Enggak, dia di rumah."

"Karen sakit?"

"Enggak juga, dia cuman males ke sekolah katanya. Emang kamu nggak kabaran sama Karen?"

"Enggak, Karen nggak pernah balas chat Arvino, Tan."

Misha mengusap pundak Arvino dangan akrab. "Karen orangnya emang gitu, kamu harus pelan-pelan deketinnya."

Arvino mengangguk. "Iya, Tante, Arvino bakalan deketin Karen dengan perlahan."

⛄⛄⛄

"Ren, Arvino dapet peringkat kedua pararel. Lo udah tahu?"

"Udah, Ra. Dikasih tahu sama nyokap."

Karen mengubah posisinya dari duduk menjadi telungkup sambil memandangi layar laptop, membiarkan ponsel yang menempel di telinganya. Awalnya Karen akan mencari suatu informasi menggunakan laptop. Namun, ponsel cewek itu berbunyi nyaring karena Zara meneleponnya.

Sahabatnya itu menelepon Karen karena merasa kesepian ditinggal sendiri di rumah. Kedua orangtua Zara pergi ke acara teman bisnis, sedangkan kakaknya pergi bersama teman-temannya. Karen pernah bertanya mengapa Zara tidak pernah ikut dengan orangtuanya jika mereka menghadiri acara teman bisnis orangtuanya, dan cewek itu menjawab, 'Nggak mau, gue takut mereka malah jodohin gue sama anak temannya.'

Stone Cold [COMPLETED] #watty2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang