30. Kencan

1.8K 103 59
                                    

Can't take my eyes off you - Frankie Valli x Lauryn Hill (Joseph Vincent)

Kamu batu es yang disinari oleh matahari. Terlihat silau. Namun, menarik dan perlahan pasti akan mencair.

⛄⛄⛄

"Makasih," ucap Karen melepaskan helm lalu menyerahkannya kepada Arvino. Sudah beberapa hari ini, mereka berdua berangkat dan pulang bersama karena mobil Karen masih di bengkel.

Arvino menaikkan kaca helmnya agar lebih leluasa melihat Karen yang berdiri di sampingnya. "Besok gue jemput jam 8 pagi."

"Ngapain? Besok, kan, minggu."

"Lo lupa?"

Karen mengerutkan kening berpikir, apa benar ia melupakan sesuatu?

"Besok kencan pertama kita ke Dufan, cuman berdua." Arvino sengaja menekankan kata terakhirnya.

Karen mengangguk. Ia hendak berbalik untuk masuk ke dalam rumahnya. Namun, tangannya dicekal oleh Arvino sehingga Karen kembali menghadap cowok itu.

"Malem gue telepon, ya?" tanya Arvino yang dibalas anggukan oleh Karen.

Sejak Arvino kembali mendekati Karen, ia selalu meminta izin kepada cewek itu untuk meneleponnya. Dan beberapa hari ini Karen memberikan izin sehingga setiap kali Arvino menelepon Karen selalu mengangkatnya. Tentu saja itu membuat Arvino merasa semakin dekat dengan Karen walau sikap dingin cewek itu belum sepenuhnya berubah menjadi hangat.

"Gue seneng, deh, Ren. Lo udah mulai respon gue walau cuman sedikit."

Karen tersenyum tipis, sangat tipis hampir tidak terlihat oleh Arvino.

"Rumah lo ada siapa?"

"Mama doang paling."

Arvino manggut-manggut.

"Mama lo ngintip kayanya di jendela."

Karen segera memutar kepalanya, ia melihat tirai putih yang baru menutup. Sepertinya benar, Misha sejak tadi mengintipnya.

"Lo mau mampir?" tanya Karen basa-basi menatap Arvino kembali.

"Nggak usah, deh. Lagian besok juga ketemu lo lagi, dan lebih lama pastinya."

Karen mendengkus kecil, membalas ucapan Arvino.

"Ren, lo nggak mau bilang apa-apa sama gue?"

"Nggak."

"Nggak mau bilang hati-hati, Sayang, ke gue?"

"Males!"

"Ih ... ayolah, Ren. Gue nggak pernah denger lo ngomong gitu."

"Nggak!"

"Ren, please!"

Karen menatap Arvino lebih dalam, ia terdiam sebentar. "Hati-hati."

Arvino menghela napas pasrah. "Oke kalau lo nggak mau bilang, biar gue aja yang bilang."

Karen mengerutkan kening tidak mengerti ucapan Arvino. Namun, detik berikutnya ia merasakan kedua pipinya dicubit oleh Arvino dengan gemas.

"Sampai jumpa besok, Karenku."

Arvino segera menutup kaca helm dan menjalankan motornya untuk pergi dari rumah Karen.

Karen membeku di tempat, jantungnya berdegup lebih cepat serta pipi yang mulai memanas. Ia menyentuh kedua pipinya, perlahan bibir Karen terangkat membentuk senyuman. Ia membalikan badam untuk masuk rumah.

Stone Cold [COMPLETED] #watty2019Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora