17. Holi(shit)day

2K 121 25
                                    


Happy reading😊😊

Jika sikapku tidak bisa membuatmu ingat. Jangan salahkanku jika aku memberitahu semuanya secara langsung.

⛄⛄⛄

Karen menatap Arvino dengan pandangan tidak suka. Kedua tangannya ia lipat di depan dada. Berbeda dengan Arvino yang tersenyum manis sambil membalas tatapan Karen. Cowok itu sedang menyiapkan alat pemanggang untuk nanti malam, sedangkan Karen sedang menyiapkan bahan-bahan makanan untuk dipanggang.

Keluarga Prihadi dan Gumala sedang liburan bersama di villa keluarga Prihadi di kawasan puncak. Daffi yang merencanakan liburan bersama seperti ini. Dengan sangat terpaksa Karen ikut bersama mereka, karena diancam oleh Daffi tidak boleh berangkat sekolah sendiri, melainkan bersama Arvino. Sang ayah memberi pilihan kepada Karen, ikut pergi liburan bersama atau harus berangkat sekolah setiap hari bersama Arvino. Sebenarnya itu bukan pilihan, tidak ada yang harus Karen pilih. Namun, Karen lebih baik memilih liburan bersama, dibandingkan harus setiap hari berangkat bersama Arvino ke sekolah.

"Kak Karen."

Tatapan Karen dan Arvino terputus. Cewek bermata cokelat itu mengalihkan pandangannya kepada orang yang memanggilnya.

"Ini gimana ya?" tanya Bella menunjukkan wadah kecil yang berisi sosis dan bakso.

"Bukain plastik sosisnya terus gores sedikit biar cepet matengnya," jawab Karen sambil memberikan contoh.

Bella mengangguk. Matanya melirik sekilas ke Arvino lalu kembali melihat Karen. "Dari tadi Kakak ngeliatin kak Arvino mulu. Kakak mulai suka, ya?"

Karen menjatuhkan pisaunya karena terkejut atas ucapan Bella. Ia langsung menoleh ke Bella dengan pandangan tidak suka.

"Enggak!" Pandangan Karen berpindah kepada Misha yang sedang membumbui daging. "Kamu lanjutin, aku mau bantuin mama dulu."

Karen meninggalkan Bella yang tertawa kecil.

"Kelihatan banget kak Karen gugupnya pas ditanya gitu." Bella tertawa mengingat ekspresi wajah Karen. Ia melihat Karen yang mulai membantu mengupas bawang sambil merajuk kepada Misha. Entah Karen merajuk karena apa, yang jelas cewek itu terlihat lucu saat seperti ini.

"Ma, Karen mau pulang!" ucap Karen sambil mengambil alih bawang putih yang di pegang oleh Misha.

"Kenapa? Baru juga beberapa jam udah minta pulang."

"Pokoknya Karen mau pulang!"

"Kenapa, Karen?"

"You know my reason, Ma." Suara Karen meninggi.

Misha meletakkan pisaunya, menatap lekat sang anak. Ia tersenyum saat memergoki Arvino yang sedang melirik Karen.

"Kenapa nggak nyoba damai sama Arvino?"

Apa katanya? Damai sama Arvino? Tidak salah? Dari pada Karen harus berdamai dengan Arvino, lebih baik ia membantu Misha memasak selama apa pun itu. Ia tidak akan berdamai dengan Arvino. Masalahnya bersama Arvino di masa lalu bukanlah masalah kecil baginya. Mungkin Misha lupa masalah Karen bersama Arvino. Iya, Karen harus memastikannya.

"Ma, please, deh. Mama ngelindur, ya? Damai apa, Ma?"

"Selesaikan masalah yang dulu sama Arvino. Mama yakin Arvino nggak kaya dulu lagi."

Jadi benar Misha menyuruhnya berdamai dengan Arvino karena masalah dulu. Karen mengentakkan kakinya kesal, ia berlari menghampiri Daffi yang sedang menyiapkan beberapa minuman di meja makan bersama Banan. Karen tahu membujuk Daffi lebih sulit. Namun, ia akan mencoba saat sang ayah sedang tidak bersama Banan. Asalkan Karen bisa pulang dan tidak bertemu lagi dengan Arvino.

Stone Cold [COMPLETED] #watty2019Kde žijí příběhy. Začni objevovat