1. Karen Nauren Prihadi

9.4K 495 355
                                    

Semua pasang mata yang hampir memenuhi kantin siang ini memperhatikan seseorang yang bermain gitar sambil bernyanyi. Sementara, di salah satu bangku kantin yang posisinya tidak jauh dari sumber suara, berpura-pura tidak tahu apa-apa.

Cewek itu duduk tenang dengan makanan di hadapannya. Tidak seperti cewek pada umumnya yang akan bereaksi lebih ketika dinyanyikan oleh cowok ganteng di hadapan banyak orang.

Kini kurasakan
Getaran cinta di dalam dada
Kuingin bersamamu
Untuk selamanya

Hanya dirimu
Yang aku cinta

Cewek itu mengangkat kepalanya, melihat siapa kali ini pelaku yang membuat kantin ramai. Karen tersenyum samar, ia sudah menduga siapa orang yang memainkan gitar di siang bolong begini.

Arga, salah satu cowok yang menyukai Karen. Hampir satu sekolah, para siswa menyukai cewek itu. Namun, belum ada yang bisa mencairkan hati bekunya Karen. Termasuk Arga sekali pun, yang sudah hampir setahun berusaha mencairkannya.

Terpesona kupada pandangan pertama
Dan tak kuasa menahan rinduku
Senyumanmu slalu menghiasi mimpiku
Ingin kupeluk dan kukecup keningmu
Oh indahnya

Tepuk tangan menambahkan keramaian kantin setelah lagu dari Glen Fredly selesai dinyanyikan. Karen semakin terusik dengan keadaan yang gaduh seperti ini. Apalagi jika dirinya menjadi sorotan para murid.

Karen bangkit, melangkahkan kakinya yang diikuti oleh seseorang. Tatapannya terus mengarah kepada Arga yang tersenyum melihatnya berjalan ke arah cowok itu.

Seperti yang biasa terjadi, Karen mengabaikan Arga, melewatinya begitu saja, kemudian keluar dari kerumunan kantin menuju kelas, tempat yang mungkin sedikit menenangkan bagi Karen saat ini. Bukan hanya Arga yang membuat kantin ramai. Bahkan, beberapa hari kemarin juga ada beberapa cowok lain yang bernyanyi di kantin untuk Karen. Tentu saja mereka juga sama seperti Arga yang hanya mendapatkan sikap dinginnya ratu es.

"Ren, jalannya jangan cepet-cepet, dong! Gue cape!" ucap Zara kesal yang sedari tadi mengikuti langkah besar sahabatnya.

Karen menoleh, memperlambat langkahnya karena merasa kasian kepada Zara yang terlihat sulit menyamai langkahnya.

"Dengerin gue, Ren. Arga itu ketua OSIS yang dari tahun kapan ngejar lo. Udah ganteng, baik, setia. Apa, sih, yang kurang sampai lo nggak mau sama dia?"

Zara memutar bola mata saat Karen tidak menjawab ucapannya. Sang sahabat hanya diam dengan pandangan lurus ke depan. "Lo dengerin gue nggak, sih, Ren?"

"Denger."

"Nih, ya, kalau lo nggak mau Arga. Lo tinggal pilih yang mana, tapi selama ini lo malah tolak semua cowok. Lo maunya ap—"

Perkataan Zara terpotong karena adik kelas menghampiri mereka dan menyuruh Karen untuk segera ke lapangan. Tanpa persetujuan Karen, Zara langsung menarik sahabatnya ke lapangan, karena ia tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Ketika sampai di lapangan, Zara tersenyum puas, dugaanya benar. Terlihat seorang cowok berdiri di tengah lapangan dengan bola basket di tangannya. Ada beberapa orang di samping cowok itu sedang memegang kertas yang bertulisan:

Kak Karen. Please jadi pacar gue!

Karen mendengus kesal. Ia melangkah menghampiri cowok itu. Ia tidak tahu siapa sosok tersebut, tetapi jika dilihat dari tulisan yang terdapat pada kertas, mungkin cowok itu seorang adik kelas.

Karen menatap dingin cowok di hadapannya, hingga sosok itu terlihat goyah. Namun, sepertinya adik kelas Karen yang satu ini berusaha keras untuk terlihat normal.

Stone Cold [COMPLETED] #watty2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang