34

1.8K 104 5
                                    

(Biasakan vote sebelum baca cerita ini, free kok.)

"di saat gue ingin jatuh cinta lagi, tapi malah gue yang tersakiti, memang benar cinta harus berkorban, berkorban perasaan" -feelings (sengaja feelings)

_______________

Pesan misterius
Ya aku bisa bertemu
Denganmu :)

"sya!" panggil Rian hingga membuat gue terkejut dan menjatuhkan handphone gue.

"sorry, emangnya kamu kenapa bengong? Aku panggil dari tadi"

"a..ah? Ng..gak" jawab gue.

Ya, suasana di sini sepi, gue juga sedang tidak bersemangat untuk melakukan sesuatu.

Kami berbicara seperlunya saja, tak banyak, Rian juga tidak menanyakan tentang Justin ya walau gue sudah tak tahu lagi harus apa di sana.

"sya" panggil Rian lagi.

"hm...kenapa?

"kamu sakit?"

Gue menjawab dengan menggelengkan kepala gue setelah itu gue menyenderkan kepala gue di pintu mobil.

Gue seperti orang yang tidak ada semangat hidup.. Ya seperti itu lah, gue bingung harus apa sekarang.

'benar seperti orang lain bilang kalau cinta itu kita siap untuk berkorban'

Hati gue berkata seperti itu, ya memang sepertinya benar tapi gue gak bisa bayangin kalau Justin seperti itu. Apa salah gue?

Apa Justin tidak tahu kalau gue menunggunya?

___________________

"makasih ya Rian" lalu gue keluar dari mobilnya.

"jangan banyak bengong nanti kamu sakit sya"

"hm"

"makan terus minum obat lalu tidur"

"hm"

"jangan ham hem mulu"

"Iya Rian"

"janji?" lalu gue jawab dengan anggukan

Rian tidak berubah dari dulu, dia masih Rian yang gue kenal, hanya dia yang tidak mau merubah kosakata 'aku kamu'

Gue sudah coba saat itu untuk berbicara jangan kosakata 'aku kamu' tapi dengan kosakata 'gue lu' tapi Rian menolak.

Gue ke dalam rumah dan langsung ke kamar walaupun bang eja tanya gue kenapa tapi gue langsung ke kamar.

Setelah gue bersih bersih , gue membaringkan tubuh gue dan melihat ke atap , entah gue bingung apa yang gue lihat di atap.

Gue mencoba mengosongkan pikiran gue tapi susah , di pikiran gue hanya ada bayang bayang justin.

Gue mencoba untuk berbeda, kini gue menutup mata gue lalu menarik nafas dalam dalam lalu di keluarkan perlahan .

Gue merasa sudah lumayan baikan di bandingikan pikiran gue yang mengingat itu, ya..... Gue malas membahasnya .

Gue berandai andai kalau gue bisa menjadi petinju pasti gue akan meninju 'dia' menyebutkan namanya saja gue tidak bisa , pada saat gue menyebut nama nya hati gue terasa tersayat.

Kakak Kelas vs Ketua Osis [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang