38. Alvano Defarkhan Avram

135 7 0
                                    


"Seriusan lo? Berarti kayaknya nyokap bokap lo—kenal sama Isabella.. Or something like that."

"Kalo emang iya, berarti nyokap bokap gue ada hubungan tertentu sama nyokap bokap Isabella dong?"

"Iya pasti."

Dan setelahnya, suasana diantara mereka menjadi hening, hanya suara hiruk pikuk pengunjung Cafe yang terdengar. Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing, memburu hipotesa untuk mewakili informasi-informasi yang baru diketahui.

***

Chelva mengemudikan mobilnya dengan perasaan takut. Keringat dingin mengalir melintasi keningnya juga membasahi telapak tangannya. Matanya yang biasanya menatap spion dengan tenang, kini harus menatap spion berulang kali dengan rasa cemas dan panik.

Pasalnya, sudah dua puluh menit perjalanannya diikuti oleh sebuah lamborghini yang tak ia kenali. Padahal, Chelva sudah memutar-mutar jalanannya, namun lamborghini tersebut masih tetap mengikutinya.

Dan yang membuatnya panik adalah ketika lamborghini tersebut terus menyusulnya, padahal ia mengemudikan mobilnya lebih cepat, seolah-olah tidak ingin kehilangan jejaknya.

Chelva membulatkan matanya ketika ia tersadar, ia salah mengambil jalan. Jalan yang ia ambil sekarang memanglah memutar, namun sangatlah sepi karena memasuki area perhutanan. Bagaimana jika lamborghini itu berhasil menyusulnya dan menyegatnya?

Karena pasti isi lamborghini tersebut bukan seorang begal atau preman biasa. Tak mungkinlah seorang begal membawa lamborghini. Jika memang isinya penjahat—pastinya penjahat kelas kakap. Astaga, bulu kuduk Chelva berdiri sekarang.

Tiba-tiba ada dua buah ducati melaju kencang dari arah yang berlawanan, Chelva panik bukan kepalang, karena ducati tersebut berada satu di sisi kiri dan satu di sisi kanan. Chelva pun menarik remnya karena ducati tersebut benar-benar menghalangi jalannya.

Ciittt.

Chelva membuka matanya—untungnya ia selamat!

Namun ia kembali panik ketika menatap spionnya, dan mendapati seorang pria keluar dari lamborghini yang sedaritadi mengikutinya. Sekujur tubuhnya semakin melemas ketika si pria mendekat ke mobilnya. Kedua pria yang mengendarai ducati tadi pun mendekat ke mobilnya.

Ya Tuhan, selamatkan aku, batin Chelva pasrah.

Tok tok tok

Chelva menelan air liurnya mentah-mentah ketika salah seorang pria dari ketiganya mengetuk kaca mobilnya. Ketika ia melirik—ah tidak, ternyata yang mengetuk ialah pria yang keluar dari lamborghini.

Dengan rasa pasrah, Chelva membuka pintu mobilnya. Hingga kini tidak ada penghalang antara dirinya dengan si pria.

"Jangan pasang muka takut gitu dong. Gue nggak akan ngapa-ngapain lo. Gue cuman pengen ngajak lo bicara sebentar."

Chelva menatapnya ragu-ragu.

Sepertinya ia tidak jahat, batin Chelva.

Karena dari penampilannya yang tampan, rapih, dan maskulin tidak menunjukkan karakter seorang mafia sama sekali. Namun Chelva masih tetap berhati-hati, karena tidak menutup kemungkinan jika pria tampan di hadapannya ini ternyata mafia kelas kakap.

Tiba-tiba si pria mengulurkan tangannya pada Chelva yang masih terduduk menatapnya. Chelva pun menerima ulurannya, kemudian turun dari mobilnya.

"Ekhm—Chelva Starla, right?" ucapnya sambil menyunggingkan smirk.

Chelva hanya mengangguk pelan, tatapannya masih tertuju pada wajah si pria. Shit, Chelva telah jatuh ke dalam pesonanya.

"Alvano Defarkhan Avram." ucapnya sambil mengulurkan kembali tangannya.

Uncontrollable FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang