8. First Kiss

1.9K 338 86
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 siang dan itu tandanya para maba sudah bisa balik dari kampusnya.

"Woy ayo keluar! Daritadi lo ngelamun mulu perasaan, kenapa si? Mikirin Dave?" tegur Dira pada Isabella yang masih terduduk ditempatnya.

"Ngga tuh! Gak usah sok tau deh." Isabella beranjak bangun dari kursinya sambil mengerucutkan bibirnya.

"Halah jujur aja kali, gue tau lo lagi kesel kan sama Dave karna tadi dia nyuruh lo pergi gitu aja."

Perkataan Dira memang seratus persen benar, Isabella badmood gara-gara Dave.

"Nah diem kan lu gue gituin. Berarti bener kan dugaan gue."

"Ihh Diraaa.." Isabella menghentakkan kakinya kesal.

"Hahaha bener kan! Udah ah gue duluan ya, ada urusan penting gawat darurat soalnya. Jangan badmood mulu lo!"

"Ihh mau kemana?!"

"Ada urusan. Dadahh!"

Dira pun berlari meninggalkan Isabella.

Iabella menghela napas pasrah, lalu mengambil ponselnya dan segera menelepon Arvin.

Tuttt

Tuttt

Tuttt

Masih belum ada jawaban dari Arvin. Mungkin Arvin lagi dijalan. Ah, tapi memangnya Arvin tahu kalau dia sudah pulang sekarang? Dirinya kan belum memberi kabar bahwa dia akan pulang jam segini.

Isabella memutuskan untuk berjalan menuju pintu keluar kampus. Dan saat berjalan, tiba-tiba ada sepasang tangan yang melingkari wajahnya, menghalangi penglihatannya.

"Ar-vin?" tanya Isabella ragu-ragu sambil menyentuh tangan yang menutupi matanya.

Saat tangan itu terlepas dari wajahnya, Isabella langsung menoleh kebelakang dan mendapati Arvin yang sedang menunjukkan cengiran khasnya.

"Surprise! Seneng ga di surprisein sama cogan?"

"Biasa aja. Garing lo ah."

"Yah kecewa deh gue, padahal gue kira lu bakal loncat-loncat kegirangan."

"Iiihh aku ceneeenngg bangeettt dikacih kejutan cama cogan..ih ceneng deh." Isabella menirukan logat anak kecil. "Udah kan?"

"Katanya seneng, kok gak ada senyum-senyumnya banget sih."

Isabella pun memasang senyumnya, tetapi lebih terlihat seperti senyum yang dipaksakan. "Nih senyum niiih. Dah tuh."

"Ah itu mah fake smile."

"Serah lu deh ah. Btw kok lo bisa tau gue udah pulang? Gue kan gak ada ngabarin lo kalo gue bakal pulang jam segini."

"Bisa lah, apa si yang Arvin gak bisa?"

Isabella hanya membalasnya dengan kekehan dan toyoran kecil kepada dahi Arvin, lantas sekarang mereka sedang berjalan menuju mobil sport milik Arvin.

"Kok lu jalannya pincang si Bel?" tanya Arvin sambil memperhatikan kaki Isabella.

"Lah baru sadar lo."

"Lo kenapa?"

"Kaki kanan gue nginjek beling."

"KOK BISA?!" tanya Arvin dengan volume suara yang tinggi.

"Ye biasa aja kali!" ketus Isabella seraya menampar pipi Arvin.

"Ihh serius, kok bisa?"

"Udah ah jangan nanya mulu, gue lagi males cerita."

Uncontrollable FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang