26. Perfect pain

556 60 8
                                    

Happy malming mblo.

Biasakan vote sebelum baca:p

***

Dave POV

Semilir angin malam menerpa wajah ku, membawa pandangan ku menuju bintang yang bertabur di langit. Dan sialnya, bintang selalu mengingatkanku pada Isabella.

Dulu aku menganggapnya sebagai bintang milikku.

Entah sekarang...

Aku selalu berharap semoga dia baik-baik aja.

Walau sebenarnya aku yakin pasti dia nggak baik-baik aja.

--karena aku sudah menyakiti perasaannya.

Aku tahu aku salah, nggak seharusnya aku mencampakkan dia. Nggak seharusnya siang tadi aku memperlakukannya layaknya aku nggak pernah mengenalnya.

Aku sangat menyesal telah melakukan semua kebodohan itu. Tapi aku tahu, rasa penyesalanku nggak akan merubah semuanya.

Dada ku sesak tiap kali ku teringat pada kejahatan yang sudah aku lakukan pada Isabella.

Isabella, aku mau kamu tahu, kalau semua yang aku lakukan sama kamu itu berdasarkan sebuah keterpaksaan.

Aku selalu sayang sama kamu.

Bahkan sampai sekarang, rasa itu malah semakin bertambah.

Sampai-sampai aku nggak tahu harus mulai dari mana untuk ngelupain kamu.

Maaf, Bel.

Sekali lagi maaf.

Aku ini emang laki-laki brengsek.

Ya Tuhan, kenapa engkau mempertemukan kami dengan cara yang indah jika pada akhirnya engkau memisahkan kami dengan cara yang sangat menyakitkan seperti ini?

***

Isabella POV

Semilir angin sepoi-sepoi pagi menerpa helaian rambut ku. Ku tatap ponsel ku yang berada di genggamanku. Waktu masih menunjukkan pukul tujuh lewat tiga puluh lima menit.

Duduk seorang diri memang sangat membosankan. Tapi itu faktanya. Aku sedang terduduk seorang diri di taman belakang laboratorium biologi. Menunggu dosen ku yang akan datang sekitar setengah jam lagi.

Berada disini memang sangat membosankan, tapi semuanya kulakukan demi keamanan diriku. Agar aku bisa menenangkan diriku dari orang-orang yang memuakkan itu.

Siapa lagi kalau bukan Dave dan Chelva.

Cukup saja kejadian tadi yang membuat dada ku terasa sesak. Sehingga aku memutuskan pergi kesini untuk menjauhkan diriku dari lingkungan mereka.

Tadi saat aku berjalan di koridor kelas, aku melihat mereka sedang belajar bersama di depan kelas mereka. Lagi-lagi mereka menatap sinis diriku. Ralat—hanya Chelva yang menatap sinis padaku.

Aku nggak habis pikir kenapa Chelva melakukan semua itu padaku. Sebenarnya apa salahku? Kenapa dia beranggapan layaknya nggak pernah mengenalku? Padahal sebelumnya hubungan kami baik-baik saja, kami tidak bertengkar masalah apapun.

Apa mungkin...

Chelva tahu kalau laki-laki yang selama ini aku ceritakan padanya adalah Dave?

Sedangkan Dave...

Ternyata dia adalah Rio yang akan dijodohkan dengan dirinya...

Mengapa semuanya menjadi serumit ini.

Uncontrollable FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang