17. Amplop Biru Dan Lolipop

1K 93 2
                                    

Sesampainya di depan kelas, Dave dan temannya yang bernama Keenan—menghela napasnya karena lega, ternyata sang dosen yang mereka takuti belum tiba di kelas. Mereka pun masuk kelas dengan perasaan yang lega.

Setelahnya mereka menghambur di kursi mereka masing-masing. Namun, saat Keenan memperhatikan Dave, tiba-tiba perilaku Dave jadi aneh. Dave mengembangkan senyumannya, padahal tidak ada orang di kelas yang sedang berbicara dengannya. Sesekali Dave mengacak-acak rambutnya, atau memukul mejanya.

Chelva yang duduk di belakang Dave pun merasakan keanehan pada perilaku Dave. Chelva sudah memanggil Dave beberapa kali, tapi dirinya diabaikan.

Chelva memberitahu pada Keenan kalau temannya bertingkah laku aneh. Tapi Keenan malah terkekeh dan menyuruh Chelva agar mengabaikannya saja.

Tak terasa akhirnya sang dosen matematika pun datang, menit berganti menit, sang dosen mulai menerangkan pokok pembahasannya, tapi sang dosen jengkel karena melihat Dave terus melamun sambil tersenyum sendiri, alhasil sang dosen menegur Dave.

"Kamu, yang duduk di baris ke tiga coba tolong kerjakan contoh soal ini." ujar sang dosen sambil mengarahkan telunjuknya pada Dave.

Dave yang ditunjuk pun merasa tertegun dan tersadar dari lamunannya, wajahnya kikuk menatap sang dosen.

"Perasaan tadi lagi nyanyi deh sama Isabella, kok tiba-tiba jadi ada dikelas gini." Batin Dave.

Jadi sejak tadi, Dave melamunkan dirinya sedang duet bersama Isabella di sebuah Cafe, entah kenapa otaknya terus memikirkan Isabella sehingga dirinya mengkhayalkan hal-hal yang tidak jelas.

Baru tersadar bahwa dirinya sejak tadi sedang berkhayal, Dave mengacak rambutnya karena kesal dan malu.

"Cepat maju, kerjakan contoh soalnya."

Mau tidak mau Dave bangkit dari kursinya. Saat menatap pada papan tulis, ia menghela napasnya lega karena untung saja ia mengerti cara mengerjakan soal itu. Ia pernah mempelajarinya saat mengikuti olimpiade matematika saat SMA.

Sang dosen hanya terdiam saat melihat Dave lancar mengerjakan soal darinya, padahal jelas-jelas tadi Dave tidak memperhatikannya.

Dengan terpaksa sang dosen memperbolehkan Dave duduk ke tempatnya kembali.

"Wih hebat lo. Padahal tadi lo gak merhatiin pas dia nerangin." bisik Chelva kepada Dave yang baru saja menduduki kursinya.

Namun naas, Dave tak menjawab perkataan Chelva. Ia lanjut membuka buku tulisnya dan mulai mencatat materi yang mulai diterangkan kembali oleh dosen. Melihat Dave yang tak menggubris dirinya, Chelva hanya bisa menghela napas pasrah.

***

Dengan langkah gontai, ia memasuki kelasnya yang sedang tidak ada dosen—namun saat ia menyapu pandangannya pada seisi kelas—ia tidak mendapati Dira di kelasnya.

Isabella memutuskan untuk duduk di kursinya dan beristirahat sebentar. Ia membenamkan wajahnya diantara kedua tangannya yang ia lipat diatas meja.

Setelah beberapa menit, akhirnya ia merasa tenang dan mulai mengantuk. Namun saat baru saja terlelap ke dunia mimpi, Isabella harus bangun karena dikejutkan oleh suara teriakan dari Dira.

Dira malah tertawa terbahak-bahak saat melihat Isabella bangun dari tidurnya dan memasang wajah celingukan.

"Kemana aja lo?!" tegur Dira sambil berkacak pinggang.

"Gue—gue—anu loh itu—"

"Abis pacaran sama Dave. Bilang aja kali, gue juga gak bakalan marahin lo. Yang gue kesel itu, kenapa lo gak ngajak-ngajak?! Kan kali aja, gue bisa kecantol sama temennya Dave yang ganteng itu." oceh Dira yang mulai menduduki kursinya yang berada di depan Isabella.

Uncontrollable FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang