16. Permintaan Maaf

1.1K 109 18
                                    

#FlashbackOn

"Mereka udah lama saling kenal?"

"Nggak, bang Rio baru kenal sama dia semenjak bang Rio masuk kuliah, soalnya cewek itu satu kampus sama bang Rio."

"Lo tau siapa nama cewek yang lagi deket sama Rio itu?"

"Nah itu dia! Gue juga penasaran La, bang Rio gak pernah ngasih tau ke gue namanya siapa." Ivan menghela napasnya, "Lo jangan patah semangat gitu dong, selama bang Rio masih belum jadian sama cewek itu, lo masih bisa perjuangin bang Rio, La."

Ivan tak sampai hati saat menatap Lala yang sedang termangu di hadapannya. Ivan yakin Lala sedang memikirkan abangnya. Sebenarnya Ivan nggak tega untuk menceritakan kalau abangnya sudah menyukai perempuan lain, karena itu hanya akan menyakiti hati Lala.

"Tapi buat apa gue perjuangin Rio kalo hati Rio udah buat perempuan lain van? Buat apa? Semuanya sia-sia..."

"Jangan pesimis gitu dong, masa belum dicoba udah nyerah. Emangnya lo gak mau coba perjuangin perasaan lo dulu?" Ucap Ivan menyemangati Lala.

Ivan menjerit dalam batinnya, kenapa ingatannya harus kembali pada masa lalunya yang sangat menyedihkan. Kenapa ia teringat lagi saat-saat itu. Saat-saat dirinya pernah mencintai perempuan yang ada di hadapannya sekarang.

Otak Ivan memutar kembali kejadian disaat dirinya menyukai Lala. Lala adalah gadis pindahan dari Bali sekaligus---anak dari dokter yang telah menyembuhkan penyakit Rio--abangnya.

Lala adalah cinta pertama Ivan. Namun naas, perasaan Ivan tak pernah terbalaskan, karena Lala malah jatuh cinta kepada Rio.

"Gue gak tau van, gue pengen perjuangin Rio karna gue cinta banget sama dia, tapi disisi lain gue juga gak mau maksain perasaan gue. Gue gak mau hancurin kebahagiaan Rio. Seandainya Rio udah jatuh cinta sama perempuan itu, gue gak mungkin dong maksain Rio bales perasaan gue?"

Lala mati-matian menahan rasa sesak di dadanya. Untung saja air matanya masih bisa ia kontrol. Tapi jauh di dalam hatinya, Lala sangat membenci hal ini, yaitu menahan tangisannya.

Karena baginya, jika tangisan semakin lama ditahan, itu hanya akan semakin membuat perasaannya tidak enak.

"Setidaknya, lo harus jujur tentang perasaan lo sama bang Rio, mana tau kalo ternyata bang Rio juga punya rasa yang sama ke lo?"

"Tapi kalo seandainya dia gak punya perasaan yang sama, gue belum siap ngikhlasin dia buat orang lain. Lo tau kan? Gue udah cinta sama dia selama 6 tahun.."

Tanpa disadari, air matanya yang sejak tadi ia tahan akhirnya mengalir keluar.

Ivan tak kuasa melihat Lala menangis di hadapannya, hatinya pun ikut merasa tersayat, dan bahkan Ivan sempat berpikir—kenapa? Mungkinkah rasa itu masih ada?

Ivan pun menghapus air mata yang mengalir di pipi Lala. Lalu ia mengelus pipi Lala dengan lembut.

"Bo--boleh gue meluk lo sebentar aja?" ujar Lala dengan suara parau.

Lantas Ivan langsung membenamkan Lala ke dalam pelukannya.

Dalam pikirannya, Ivan mati-matian berusaha untuk tidak terlarut dalam suasana, karna ia tidak ingin rasa yang pernah ada itu—muncul lagi.

#FlashbackOff

***

Suara hiruk pikuk kepadatan lalu lintas mewarnai perjalanan Isabella dan Chelva menuju kampusnya.

Mereka sudah berada diperjalanan sekitar sepuluh menit yang lalu. Tapi suasana didalam mobil sangatlah hening, karena Chelva yang murung dan tidak banyak bicara seperti biasanya.

Uncontrollable FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang